Mohon tunggu...
KKNMMKKOLABORATIF2024
KKNMMKKOLABORATIF2024 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kelompok Mahasiswa KKN MMK Kolaboratif 2024

Menginformasikan kegiatan Sehari-hari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pelatihan Pembuatan Pestisida Organik dan Biopori kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Kendal, Desa Gandon, Kecamatan Kaloran

7 Agustus 2024   09:34 Diperbarui: 7 Agustus 2024   09:42 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Misi Khusus Kolaboratif UIN Walisongo Semarang dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung posko 9 telah melalukan kegiatan upaya konservasi lingkungan melalui pelatihan pembuatan pestisida organik dan biopori kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Kendal, Desa Gandon, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan di rumah Bapak Sugiono selaku Kepala Dusun Kendal pada hari Selasa, tanggal 23 Juli 2024, yang dimulai pada pukul 10.30 - 12.30 WIB.

Pestisida organik berguna dalam mengendalikan atau membasmi organisme pengganggu pada tanaman. Pestisida organik dapat menggantikan pestisida kimia yang memiliki banyak dampak negatif untuk lingkungan. Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan dalam jangka panjang dapat merusak kesuburan tanah dan mencemari lingkungan. 

Pestisida kimia juga dapat menyebabkan residu pada tanaman yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pemerintah Indonesia mendorong konservasi lingkungan melalui pergantian bahan kimia dengan bahan organik melalui berbagai program dan kebijakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Berangkat dari permasalahan tersebut Mahasiswa dirasa perlu meningkatkan kesadaran masyarakat Dusun Kendal akan pentingnya mengonsumsi makanan yang sehat dan bebas dari residu pestisida dan pupuk kimia.

Dokumen, 23/07/2024.
Dokumen, 23/07/2024.

Alat dan bahan yang digunakan diantarnya yaitu timbangan digital, teko ukur, gunting, air, air cucian beras, dan daun bandotan. Adapun cara pembuatan larutan stok yaitu, pertama timbang daun bandotan sebanyak 50 gram. Kemudian digunting menjadi bagian kecil-kecil, lalu dimasukkan kedalam jirigen atau botol mineral bekas ukuran 1,5 liter. Selanjutnya 200 ml air (1gelas) atau bisa menggunakan 200 ml air cucian beras dimasukkan kedalam botol tersebut, kemudian ditutup rapat dan ditunggu hingga 1x24 jam. 

Agar bisa diaplikasikan pada tanaman sawi - sawian atau tanaman sayur berumur pendek lain, maka larutan stok harus diencerkan menjadi konsentrasi 4%. Caranya yaitu 200 ml (1 gelas) larutan stok harus ditambahkan dengan 4800 ml (24 gelas). Setelah diencerkan pestisida nabati bisa langsung diaplikasikan pada tanaman, ketika tanaman masih kecil (umur 1 mingguan). Adapun cara pengaplikasiannya yaitu tanaman disemprot setiap 3 hari sekali. Catatan, sebaiknya pestisida yang akan disemprotkan dibuat ketika akan digunakan saja.

Selain pestisida organik, mahasiswa KKN melakukan sosialisasi pembuatan "Biopori" dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan lingkungan yang semakin marak terjadi, khususnya di daerah perkotaan, seperti Banjir, Kekeringan dan Penurunan Kualitas Tanah. Mahasiwa KKN menghadirkan Biopori sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

Biopori adalah lubang resapan air yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm dan kedalaman 50 - 100 cm. Biopori berfungsi untuk meningkatkan daya resapan air hujan, menjaga ketersediaan air tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan meningkatkan keanekaragaman hayati tanah. Pembuatan biopori merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih lestari dan berkelanjutan. Biopori dapat dibuat dengan mudah dan murah di berbagai tempat, seperti di halaman rumah, sekolah, kantor, dan tempat-tempat umum lainnya. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat biopori hanyalah pipa paralon dan tutup yang diberi lubang kemudian dipipa paralon tersebut ditanamn ke dalam tanah lalu diisi dengan sampah organik, seperti kulit buah, sayuran dan sisa makanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun