Mohon tunggu...
KKN MIT JERUKGILING
KKN MIT JERUKGILING Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

saya adalah pribadi yang rajin dan suka menulis berita

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

"Tradisi Nyadran di Desa Jerukgiling: Mahasiswa KKN MIT Posko 103 Turut Melestarikan Budaya dan Merangkai Momen Keakbraban Bersama Warga Setempat"

23 Juli 2024   10:35 Diperbarui: 23 Juli 2024   10:43 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Jerukgiling, Jum'at, 12/7/2024-- Tradisi Nyadran di Desa Jerukgiling kembali dilaksanakan dengan khidmat pada Jumat Kliwon di bulan Muharram/Suro. Kegiatan tahunan ini merupakan wujud akulturasi budaya Jawa dan Islam, di mana masyarakat desa berbondong-bondong mendatangi tempat petilasan leluhur untuk mendoakan mereka yang telah tiada, serta mengingatkan diri akan kematian yang pasti dialami setiap manusia. Selain itu, tradisi ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya gotong royong dan menjaga kerukunan warga desa melalui kegiatan "Kembul Bujono" atau Makan Bersama.

Dokpri/Foto Bersama Kepala Desa, Babinsa, Bhabinkamtibnas
Dokpri/Foto Bersama Kepala Desa, Babinsa, Bhabinkamtibnas
Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat dan tokoh penting Desa Jerukgiling, di antaranya Kepala Desa Jerukgiling, Kepala Dusun, Kyai atau tokoh desa, perangkat desa, BABINSA, Bhabinkamtibmas, masyarakat desa, serta mahasiswa KKN MIT posko 103 UIN Walisongo Semarang. Mahasiswa KKN turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini, mulai dari bersih-bersih makam hingga membawa sajen berupa tumpeng untuk upacara nyadran.

Rangkaian Prosesi Nyadran di Desa Jerukgiling:
1. Bersih Makam/ petilasan Leluhur: Kegiatan gotong royong membersihkan petilasan leluhur sebagai tanda penghormatan kepada leluhur atau tokoh yang berjasa pada desa tersebut.
2. Kirab: Arak-arakan masyarakat menuju tempat petilasan untuk prosesi nyadran.
3. Sambutan Kepala Desa: Penyampaian maksud dan tujuan upacara nyadran oleh Kepala Desa Jerukgiling.
4. Doa Bersama: Dipimpin oleh sesepuh desa untuk mendoakan leluhur yang telah tiada.
5. Tasyakuran: Prosesi makan bersama seluruh masyarakat yang hadir, sebagai ajang untuk mempererat hubungan sosial melalui tegur sapa dan senda gurau.

Dokpri/Bersih Makam/petilasan Leluhur
Dokpri/Bersih Makam/petilasan Leluhur
Kehadiran berbagai elemen masyarakat dan mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang dalam kegiatan ini menunjukkan semangat kebersamaan dan gotong royong yang masih kuat di Desa Jerukgiling. Tradisi Nyadran bukan hanya menjadi sarana spiritual, tetapi juga sebagai momen untuk mempererat tali silaturahmi dan melestarikan budaya lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun