Mohon tunggu...
KKN UIN WS Sragen
KKN UIN WS Sragen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

KKN MIT 14 UIN Walisongo Semarang 2022 Kelompok 42 Kel. Jatibatur, Kec. Gemolong, Kab. Sragen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Opini - Pengaruh Budaya Mengaji bagi Anak Usia Dini

23 Agustus 2022   05:25 Diperbarui: 23 Agustus 2022   05:29 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengajarkan al-Qur’an merupakan salah satu dasar pendidikan agama islam. Agar anak-anak tumbuh dengan fitrah yang baik dan hati mereka dituntun oleh hikmah dan selanjutnya mampu membendung polusi kesetan dan keruhnya kemaksiatan. Saat ini kegiatan keagamaan sangat minim di era modern ini, anak-anak cenderung mengikuti perkembangan digital dengan banyak bermain dengan gawai sehingga pendidikan al-Qur’an yang jauh lebih penting untuk masa depan mereka terkadang lebih terlupakan. 

Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat. Adanya tanggung jawab ini masyarakat akan mengadakan kegiatan pendidikan agama islam seperti mengaji.

Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur’an ini membawa misi yang snagat mendasar terkait dengan pentinya memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai al-Qur’an sejak usia dini. TPQ di desa memberikan pelajaran Al-Qur’an serta memahami dasar-dasar dinul islam pada anak usia sekolah dasar, Batasan usia anak mengikuti pendidikan anak seusianya. Pendidikan yang berbasis masyarakat ini menyelenggarakan pendidikan berdasarkan kekhasan budaya di daerahnya masing-masing. 

Menurut an-Nahlawi tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan tersebut hendaknya melakukan beberapa hal; yaitu pertama, menyadari bahwa Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran (Qs. Ali-Imran 3:104); kedua, dalam masyarakat islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga di antara saling perhatian dalam mendidik anak-anak yang ada lingkungan mereka sebagaimana mereka mendidik anak sendiri, ketiga jika ada orang yang berbuat jahat maka masyarakat turut menghadapinya dengan menegakkan hukum yang berlaku termasuk adanya ancaman, hukuman dan kekerasan lain dengan cara yang terdidik.

Dengan adanya pendapat tersebut maka munculah tanggung jawab yang berbentuk pendidikan kemasyarakatan seperti masjid,surau dan TPQ serta masih banyak pendidikan kemasyarakatan lainnya. Dengan hal ini membuktikan bahwa masyarakat telah membuktikan adanya kontribusi dari masyarakat dalam pendidikan yang ada dilingkungan sekitanya. 

Selain memberikan pengajaran baca tulis al-Qur’an adanya muatan tambahan yang berkaitan pada pembentukan akidah dah akhlak islamiah. Pengenalan pembelajan mengaji pada anak salah satu keharusan yang wajib diberikan. Pengaruh dari pembelajaran mengaji pada anak usia dini sangat wajib diberikan karena sebagai pembentuk karakter religious dan pribadi yang salah satunya mampu membaca dan menuliskan al-Qur’an.

Di daerah pedesaan budaya mengaji sangat masih kental dimasyarakat seperti didesa Jatibatur, Kec. Gemolong disalah satu masjid yang setiap seminggu sekali mengadakan kegiatan keagamaan TPQ yang dimana anak-anaknya sangat antusias dalam belajar al-Qur’an. Anak-anak didesa setempat selain diajarkan membaca dan menulis al-Qur’an mereka diajarkan doa-doa harian dan hafalan surat pendek. Banyak anak-anak yang masih perlu diajarkan tentang bacaan doa yang mungkin disekolah tidak diajarkan oleh gurunya. Dengan adanya kegiatan keagamaan dimasyarakat pedesaan sangat dibutuhkan.

Faizah (2017:258) mengatakan bahwa untuk mendapatkan manfaat yang tinggi sebagai pedoman peradaban umat manusia tidak dapat dicapai hanya dengan memiliki al-Qur’an semata tetapi harus dipelajari, dibaca, dipahami dan diamalkan isinya. Pembelajaran Qur’an sejak dini sebab merupakan sebuah proses yang panjang. Proses belajar al-Qur’an bukan hanya sekedar membaca dan menulis saja namun juga memahami kandungannya dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mewujdukan hal tersebut sangat penting pengenalan dasar-dasar al-Qur’an dilakukan sedini mungkin agar pada tahap pendidikan selanjutnya anak lebih mudah memahami tingkat demi tingkat agar tahap tersebut pendidikan agama anak lebih mudah untuk mempelajari pendidikan selanjutnya.

Dalam kegiatan kkn yang dilakukan mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang melakukan kegiatan berupa pendampingan mengajar al-qur’an didesa setempat. Dengan adanya kegiatan ini bertujuan untuk membantu anak-anak yang belum fasih membaca al-Qur’an mereka diberikan ilmu Tajwid untuk membaca ayat suci al-Qur’an dengan baik dan benar. 

Kegiatan pendampingan ini dimulai ba’da sholat asar sampai jam 5 sore. Pendampingan dilakukan diserambi masjid at-Taqwa di desa Jatibatur. Diawali dengan membaca do’a kemudian dilanjutkan membaca surah pendek lalu dibagi perkelompok untuk membaca iqra ataupun al-Qur’an. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun