Pertanian menjadi salah satu sektor unggul di wilayah Kabupaten Sragen, memiliki luas sekitar 94.155 hektare, dengan luas lahan yang dipergunakan untuk pertanian sekitar 42.390 hektare, dimana sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani(Siti Purwati & Wiji Nogroho, 2019).
Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, lokasi dimana kelompok 42 KKN MIT DR ke-14 UIN Walisongo Semarang mengabdikan diri untuk membantu masyarakatnya, merupakan salah satu wilayah yang ada di kabupaten Sragen yang dulunya berupa lautan, dibuktikan dengan adanya temuan lempung biru yang kemudian terjadi erosi, patahan dan aktivitas vulkanis yang menyebabkan perubahan struktur tanah yang kering dan tandus (Kurnianto, 2019). Kondisi tanah yang kering dan tandus ini menyebabkan hanya beberapa komoditas tanaman yang dapat bertahan hidup di wilayah ini. Beberapa tanaman inilah yang menjadi sumber pangan masyarakat sekitar, diantaranya umbi-umbian, jagung, kacang-kacangan.
Umbi-umbian yang banyak ditaman oleh masyarakat desa jatibatur adalah singkong. Singkong merupakan sumber pangan kaya karbohidrat sebagai pengganti padi. Pasalnya pada saat musim kemarau padi tidak dapat tumbuh di wilayah ini dan padi hanya dapat tumbuh jika kondisi lingkungan memiliki cukup air. Jika masyarakat akan menanam padi, mereka dapat mensiasati dengan media sawah tadah hujan. Singkong diwilayah ini sangat melimpah, selain untuk konsumsi pribadi, masyarakat menggunakan singkong sebagai campuran makanan hewan ternak.
Jagung juga merupakan salah satu komoditas tanaman yang dapat tumbuh di desa jatibatur, meskipun wilayah ini bukan penghasil jagung terbesar di sragen, namun jagung tetap dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat yang ada disana.
Komoditas tanaman terbanyak yang ada di desa Jatibatur yaitu kacang tanah, kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting dalam pola menu makanan penduduk. Di masyarakat, kacang tanah ini memiliki beberapa nama antara lain kacang cina, kacang brol, dan kacang brudul (Jawa). Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ketahun terus meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, kapasitas industri pakan dan makanan Indonesia.
Dari banyaknya hasil panen tanaman lokal ini, masyarakat masih belum mampu memanfaatkan secara maksimal, pasalnya mereka masih memilih menjual kacang tanah mentah ke tengkulak. Padahal jika kacang tanah ini di olah secara optimal dan dipasarkan secara kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada, maka dapat menambah daya tarik pembeli baik lokal maupun interlokal.
Dalam kesempatan ini mahasiswa kelompok 42 KKN MIT DR-14 membantu masyarakat dalam mengolah dan memasarkan hasil bumi mereka dengan mengadakan pelatihan dan pemasaran produk olahan hasil bumi. Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak dua kali. Kali pertama pelatihan, dilakukan pada hari minggu tanggal 17 Juli 2022, kegiatan ini dilaksanakan di rumah bapak Sugiyo selaku kepala dusun yang diikuti oleh lebih dari 30 ibu-ibu yang ada di kabayanan satu. Mahasiswa KKN mula nya memberikan pengetahuan mengenai pemasaran baik pemasaran secara online maupun pemasaran secara offline, setelah diberikan pemahaman terkait pemasaran, mahasiswa memberikan salah satu contoh produk olahan berbahan dasar hasil bumi lokal kacang tanah yaitu kacang karamel, antusias para ibu yang datang semakin meningkat ketika praktek langsung pembuatan kacang karamel. Selain memberikan pengetahuan dan pengalaman terkait pemasaran dan pengolahan, mahasiswa KKN juga memberikan pengetahuan terkait pengemasan yang menarik dan ramah lingkungan.
Pada pelatihan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022, kali ini pelaksanaan pelatihan dan pemasaran produk olahan hasil bumi bertempat di kabayanan empat, sama halnya dengan pelatihan di kabayanan satu, di kabayanan empat ini mahasiswa KKN juga menampilkan produk olahan berbahan dasar kacang tanah, namun hasil produk olahannya berbeda, yaitu coklat kacang. Pembuatannya yang mudah dan praktis tetapi memiliki cita rasa yang legit.
Harapan dari diadakannya pelatiahan dan pemasaran olahan hasil bumi ini, hasil panen yang melimpah ini dapat diolah secara inovatif dan kreatif, sehingga dapat meningkatkan nilai jual, dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa Jatibatur.
Oleh : Musta'inah Alfiyani
Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Walisongo Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H