Â
Semarang-Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Beragama itu menebar damai, menebar kasih sayang, kapanpun dimanapun dan kepada siapapun. Beragama itu bukan untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk menyikapi keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah kita agar harkat, derajat dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi.
"Oleh karenanya jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling merendahkan dan meniadakan satu dengan yang lain. mari senatiasa menebarkan kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Beragama itu menjaga, menjaga hati, menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya ini" ujar Suharto selaku ketua DMI (Dewan Masjid Indonesia) ranting Kelurahan Sampangan.
Salah satu bentuk moderasi beragama yang ada di kelurahan sampangan yaitu adanya paguyuban antar RT, PKK, kerja bakti, lomba-lomba menyambut HUT RI, dan kegiatan lainnya yang melibatkan seluruh warga tanpa pandang bulu, status dan agama. Semua kegiatan dilakukan dalam keharmonisan dan kerukunan antr ummat beragama.
"Kegiatan lomba menyambut HUT RI ke-78 jemaat lebih fokus pada kegiatan di Rt dan Rw masing-masing, digereja ini hanya untuk beribadah saja mas" ujar Johan selaku pengurus gereja Pantekosta Sampangan.
Dalam hal ini KKN MIT-16 Posko 19 UIN Walisongo Semarang berpartisipasi dalam kegiatan ini sebagai bentuk dari moderasi beragama yang ada di kelurahan Sampangan, untuk memperkuat kerukunan umat beragama di kelurahan Sampangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H