Selapanan sebagai salah satu tradisi masyarakat Jawa yang masih bertahan hingga saat ini, tentu sudah tidak asing keberadaannya di tengah masyarakat. Dalam sejarahnya, "selapanan" merupakan kata kerja yang diadopsi dari Istilah "selapan". Selapan adalah hitungan satu bulan berdasarkan hari dan tanggalan Jawa. Jumlah siklusnya akan berulang setiap tiga puluh lima hari sekali.Â
Seperti yang telah diketahui bahwa jumlah hari pasaran atau neptu merupakan hitungan hari Suku Jawa. Perhitungannya berjumlah lima hari pasaran. Hari-hari pasaran tersebut diantaranya Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Hari pasaran tersebut melekat pada 7 hari dalam satu pekan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa selapanan merupakan tradisi peringatan neptu dalam kalender Jawa yang terdiri dari lima hari yakni Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Kemudian hitungan Jawa ini dikolaborasikan dengan hari Pasaran biasa mulai dari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, dan Minggu.Hasil kolaborasi dua perhitungan jadwal hari ini akan menemukan Perhitungan yang unik karena setiap 35 hari sekali akan berulang hari yang sama. Seperti Ahad Legi, Rabu Kliwon ataupun Senin Pon yang terus berulang dalam kurun waktu 35 hari sekali.
Pola ini akhirnya turut membentuk tatanan masyarakat dalam memperingati kegiatan-kegiatan tertentu. Bahkan di beberapa hari khusus dijadikan sebagai wadah untuk mempererat silaturahmi antar warga. Momen ini juga dimanfaatkan oleh kiai-kiai NU untuk mengagendakan kegiatan keagamaan. Biasanya bentuk kegiatan selapanan ini dijadikan acuan dalam kegiatan yang bersifat rutinan.
Para Kyai maupun para Ulama' Nahdlotul Ulama (NU) khususnya yang berada di wilayah Jawa Tengah maupun Jawa Timur, sering mengagendakan kegiatan keagamaan berdasar pada perhitungan hari tersebut. Misalnya, seperti Pengajian Rutin Kamis Kliwon, Maulid setiap Jumat Legi, Sima'atul Quran per Hari Senin Pahing, dan lain sebagainya. Kurun waktu 35 hari sekali ini dianggap menjadi waktu yang ideal untuk melakukan forum pengajian rutin karena tidak terlalu cepat ataupun terlalu lama bagi masyarakat awam.
Salah satu kegiatan yang masih eksis dan rutin diadakan di Desa Wringinjajar yakni  tradisi pengajian rutin selapanan yang diadakan oleh pengurus Nahdlotul Ulama (NU) Ranting Wringinjajar. Pengajian rutin selapanan ini dilaksanakan pada malam Senin Pon, tepatnya pada tanggal 30 Juli 2023 yang bertempat di Gedung Nahdlotul Ulama (NU) ranting Wringinjajar.
Acara pengajian rutin selapanan ini dimulai pada pukul 20.00 WIB. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan dari organisasi Nahdlotul Ulama (NU) mulai dari Pengurus Ranting Nahdlotul Ulama (PRNU) Wringinjajar, Muslimat NU, Fatayat NU, Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Barisan Ansor Serbaguna (Banser), IPNU dan IPPNU Wringinjajar. Selain itu, masyarakat umum setempat juga sangat antusias dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengajian rutin selapanan ini. KKN MIT UIN Walisongo Semarang juga berkesempatan menghadiri acara pengajian rutin selapanan ini dan  disambut dengan baik oleh para hadirin yang sudah meluangkan waktunya untuk datang di acara pengajian rutin selapanan ini. Â
Rangkaian acara pertama dalam pengajian rutin selapanan ini dibuka dengan pembacaan simthuduror. Simthudurror yang berisi kisah perjalanan hidup Nabi menjadi sarana menyalurkan kerinduan pada Nabi Muhammad. Jama'ah pengajian rutin selapanan dengan  seksama dan Khidmah dalam menyimak lantunan sholawat. Rangkaian acara selanjutnya adalah tahlil dan mujahadah. Bacaan tahlil ditujukan untuk nama-nama ruh yang dititipkan oleh jamaah sebelum acara dimulai. Mujahadah dapat menghadirkan sakinatul qolbi karena bacaan-bacaan dzikir yang mengantarkan pada Ingat Allah SWT. Setelah itu, acara selanjutnya yaitu doa bersama dan rangkaian acara yang terakhir ditutup dengan makan bersama para jamaah pengajian rutin selapanan.
Tujuan dari pengajian selapanan rutin yang digelar setiap Malam Senin Pon di Desa Wringinjajar ini adalah sebagai sarana untuk belajar agama bagi warga sekitar serta untuk mempererat silaturahmi antarwarga dan juga menjadi sebuah tradisi silaturrahim yang harus terus digalakkan di tengah masyarakat. Selain itu, pengajian rutin selapanan ini diharapkan menjadi media dakwah Islam sekaligus menjadi penguat gotong royong dan kerukunan warga, serta harapan kedepannya para masyarakat dan pengurus/organisasi Ke-NU an di Desa Wringinjajar selalu bisa ikut berpartisipasi dan menghadiri acara pengajian rutin selapanan yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H