Mohon tunggu...
KKN MDB UIN SATU TULUNGAGUNG
KKN MDB UIN SATU TULUNGAGUNG Mohon Tunggu... Mahasiswa - KKN Membangun Desa Berkelanjutan UIN SATU Tulungagung

Kuliah Kerja Nyata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pasca Magengan Show, KKN MDB UIN SATU Berkolaborasi dengan Masyarakat Desa Jajar Menyelenggarakan Srawung Budaya

30 Maret 2022   19:59 Diperbarui: 30 Maret 2022   20:34 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen Pribadi

 

Selasa, 29 Maret 2022- Kelompok KKN Membangun Desa Berkelanjutan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung berkerjasama dengan masyarakat desa Jajar, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek menyelenggarakan kegiatan Srawung Budaya di Paseban Kumbokarnan Kafe Sawah Taman Jajar Gumregah.

Srawung Budaya ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Megengan Show yang sudah dilaksanakan pada 27 Maret kemarin. Dengan mengangkat tema "Nasionalisme Kumbokarno dan Desa Wisata" yang menghadirkan narasumber-narasumber yang luar biasa, diantaranya Kang Ime selaku kepala desa Jajar, Kang Wito sebagai pegiat seni, Syah selaku wakil bupati Trenggalek, Ki Brian selaku Dalang Milenial, Ki Septa selaku kakang Mbak Yu Trenggalek, dan beberapa pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek turut meramaikan acara Srawung Budaya tersebut.

Tema ini merupakan tema yang unik bagi Ime sendiri. Sebagaimana disampaikan oleh Fahmi---selaku perwakilan KKN MDB yang memberikan pengantar terkait tema yang diangkat. Kumbokarno dikaitkan dengan perubahan, yang ada dalam kisah pewayangan. Kumbukarno hidup di tengah-tengah masyarakat yang unik dan kompleks, namun ia memiliki semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah airnya. Meskipun ia memiliki fisik raksasa, tapi nuraninya melebihi manusia mulia pada umumnya.

Acara digelar santai dengan penampilan grub musik Sholawat Kanza Mahfia dan Seni Tari Candik Ayu oleh anggota KKN MDB sebagai pra acara. Kemudian dilanjut dengan acara inti, yakni penyampaian materi oleh beberapa narasumber.

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
"Tidak ada gunanya menghafal sejarah, memahami budaya, dan melestarikan tradisi, apabila tidak dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari," ungkap Syah di tengah penyampaian materi. Karena bagi Syah, tiap zaman memiliki warnanya sendiri. "Baik pada tempatnya, baik pada zamannya," imbuhnya.

Susi---salah satu peserta Srawung Budaya menjelaskan bahwa tiap tahun runtutan agenda Megengan Show selalu dilaksanakan setiap tahun, tetapi pada tahun 2019 dengan adanya Covid-19 yang hadir menjadi momok besar sehingga runtutan agenda menjadi lebih disederhanakan dan tidak semeriah kali ini. Ditambah lagi hadirnya teman-teman KKN dari UIN Tulungagung yang turut mengsukseskan acara," jelas Susi.

Penulis  : UF

Editor    : FIN 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun