Program anti stunting menjadi perhatian pemerintah Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Permasalahan kesehatan yang dialami anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus unggulan menjadi penghambat potensi anak. Kesehatan anak sangat erat dengan pemenuhan  nutrisi, stimulus tumbuh kembang, dan pengasuhan.
Berdasarkan data yang didapat dari tenaga kesehatan desa Jatirejoyoso, bahwa anak-anak di desa Jatirejoyoso banyak yang stunting. Pada tanggal 6 Oktober 2022 lalu telah diadakan rembuk stunting desa Jatirejoyoso yang dihadiri oleh tenaga kesehatan, ibu-ibu kader desa Jatirejoyoso dan tim KKN UM 2022. Pada rembuk stunting ini diketahui bahwa salah satu program yang perlu dilakukan ialah upaya penurunan angka anak stunting di desa Jatirejoyoso.
Salah satu upaya Program Anti Stunting ialah melalui psikoedukasi stunting pada orang tua. Stunting juga dipengaruhi bagaimana pola pengasuhan orang tua terhadap tumbuh kembang anak. Pada program kali ini, Tim KKN MBKM UM memfokuskan target pencapaian, setiap anak mampu mempunyai potensi belajar secara maksimal. Mahasiswa Universitas Negeri Malang melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka - Membangun Desa (MBKM-MD) tahun 2022 mengedukasi stunting pada orang tua atau wali murid PAUD KB Berseri. Edukasi ini dilaksanakan pada hari Rabu (26 Oktober 2022) di PAUD KB Berseri, Desa Jatirejoyoso, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan oleh Ibu Iin Istianah selaku Kepala PAUD KB Berseri, dan sambutan kedua disampaikan oleh M. Afif Athallah selaku perwakilan dari tim KKN UM 2022. Psikoedukasi ini membahas mengenai identifikasi, prevensi dan dampak fisik maupun psikologis pada anak stunting. Pemaparan materi disampaikan oleh Windiarti mahasiswi Psikologi Universitas Negeri Malang. Kegiatan yang diikuti oleh para guru PAUD KB Berseri dan Ibu wali murid PAUD KB Berseri berjalan dengan sangat lancar dan meriah.
Dalam pemaparan materi yang disampaikan, Windiarti menyatakan bahwa "Bahaya stunting ini wajib diwaspadai". Hal ini karena anak yang mengalami stunting cenderung akan terhambat tumbuh kembangnya, baik pertumbuhan fisik maupun perkembangan kognitif dan motorik. Anak-anak stunting akan mengalami pertumbuhan yang terlalu pendek untuk usianya. Selain itu, mereka juga akan mengalami kesulitan dalam belajar, seperti kesulitan mengingat apa yang telah dipelajari, produktivitas rendah, kesulitan menerima dan memahami perintah, dan kemampuan bersaingnya juga rendah. Sehingga prestasi belajar anak di sekolahpun menurun. Kondisi tersebut terjadi karena kurangnya nutrisi pada jaringan otak sehingga informasi yang masuk sangat terbatas.
Sasaran program kami ini ialah Wanita Usia Subur. Jadi meskipun anak-anak PAUD sudah melampaui 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), namun orang tua atau wali murid PAUD merupakan bagian dari sasaran program kami. Jadi mereka perlu mendapatkan informasi pentingnya menyiapkan kehamilan yang sehat, pemenuhan nutrisi bagi anak-anak terutama di 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak, serta bagaimana parenting atau pola pengasuhan yang tepat.
Kegiatan psikoedukasi ini tidak berhenti disini, namun juga akan berlanjut. Seperti pendampingan ke masing-masing posyandu untuk mengetahui bagaimana pola pengasuhan orang tuanya. Perlu diketahui pencegahan stunting dimulai dari perubahan perilaku. Harapannya program ini dapat bermanfaat dan berkelanjutan yang dapat bersinergi  dengan tenaga kesehatan dari Puskemas.Â
Selain psikoedukasi "Peningkatan Pengetahun Stunting Sebagai Upaya Tindakan Preventif" terdapat juga materi terkait "Pengawasan Orang Tua terhadap Penggunaaan Gadget oleh Anak Usia Dini" yang disampaikan oleh M. Afif Athallah mahasiswa jurusan Kimia Universitas Negeri Malang. Yang mana penyampaian materi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengasuhan.Â
Di penghujung acara, kegiatan ini ditutup dengan do'a lalu sesi foto bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H