Di tengah keramaian, manusia berdoa,
Dengan harap dan rasa, ingin dekat pada-Nya,
Tak pernah jemu, tak pernah lelah,
Mengukir kebajikan, mencari gelar hamba yang taat.
Setiap langkah menuju tempat suci,
Sujud dan ruku, penuh ritual dan janji,
Namun, dalam hati yang bergetar,
Tanya menggeliat: "Adakah Dia di sini, dekat?"
Mereka berbicara tentang pahala dan dosa,
Menghitung amal, mengejar pujian dari sesama,
Namun saat malam datang menyapa,
Sunyi menghantui, jiwa terasa hampa.
Akumelihat, dari jauh ia saksikan,
Kebiasaan ini, seakan sebuah pertunjukan,
Hati yang kering, meski tubuh bersujud,
Mencari makna, tapi terjebak dalam rutinitas yang membutakan.
"Apakah kau mendengar," ia ingin bertanya,
Ketika lirih doa tak terjawab di sana,
Manusia terus beribadah, tanpa menggenggam cahaya,
Hanya menanti gelar, tanpa menemui Sang Pencipta.
Namun, cahaya itu mungkin ada di dalam,
Di balik setiap niat, di balik setiap harapan,
Jika saja mereka berhenti sejenak,
Untuk merasakan kehadiran-Nya dalam setiap detak.
Kisah ini berlanjut, dalam lingkaran yang sama,
Manusia beribadah, mengejar gelar,
Tetapi mungkin, yang lebih berarti,
Adalah menemukan Tuhan dalam setiap langkah yang tulus.
Ditulis oleh Resti Astuti Misatun Putri
Di tengah keramaian, manusia berdoa,
Dengan harap dan rasa, ingin dekat pada-Nya,
Tak pernah jemu, tak pernah lelah,
Mengukir kebajikan, mencari gelar hamba yang taat.
Setiap langkah menuju tempat suci,
Sujud dan ruku, penuh ritual dan janji,
Namun, dalam hati yang bergetar,
Tanya menggeliat: "Adakah Dia di sini, dekat?"
Mereka berbicara tentang pahala dan dosa,
Menghitung amal, mengejar pujian dari sesama,
Namun saat malam datang menyapa,
Sunyi menghantui, jiwa terasa hampa.