Di tengah keramaian langkahku terhenti,
Di belakang, bisikan halus penuh cela,
Aku berdiri teguh dan berani,
Mendengar cacian yang menggores jiwa.
Cacian itu, seperti liar angin,
Menerpa wajahku dengan dingin tajam,
Setiap kata tajam, seperti pisau,
Namun hatiku, takkan pernah ranap.
Dalam cermin, aku melihat diriku,
Bukan hanya bayang-bayang tanpa arti,
Dengan segala kekurangan dan kelebihan,
Aku adalah cerita yang takkan mati.
Betapa mereka tak mengerti,
Di balik senyum, ada perjuangan,
Seperti bunga yang tumbuh di celah batu,
Kekuatan ini, adalah keindahan.
Malam menjelang, dan bintang bersinar,
Cacian mereka, hanyalah riak di laut,
Aku akan terus berjalan, takkan mundur,
Karena di dalam hati, ada suara yang kuat.
Dengarlah! Ini ceritaku,
Perempuan yang takkan pernah padam,
Di balik semua cacian dan hinaan,
Ada cinta, harapan, dan impian.
Ditulis oleh Resti Astuti Misatun Putri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H