Hari Selasa (20/8) yang cerah itu diawali dengan penyemaian bibit sawi caisim untuk program kerja Mini Hidroponik Tim KKN 1885 UNY. Berbekal video tutorial di Youtube, kami memulai serangkaian proses penyemaian dengan hati-hati. Dengan sumpit mie ayam, kami melubangi rookwool yang merupakan media tanam hidroponik.
Selanjutnya, benih caisim dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Kami pikir prosesnya hanya berhenti di situ, tapi ternyata tidak semudah itu, kawan. Kami harus membasahi rookwool yang sudah diberi biji benih caisim tadi, lalu disimpan di tempat tertutup selama 24 jam. Setelah 24 jam berlalu, benih siap untuk dikeluarkan dan diletakkan di bawah sinar matahari.
Di lain tempat, Defta dan Abid melanjutkan pembuatan EcoBottle Bin. Botol disusun, kawat dikaitkan, es teh diseruput. Sampai akhirnya, kerangka tempat sampah itu mulai terlihat kokoh. Satu jam berlalu, akhirnya mereka berdua memilih untuk tidur siang. Karena sejujurnya, cuaca siang itu sangat mendukung untuk rebahan.
Pukul dua siang, Dzaki dan Jati keluar dari posko. “Mau kemana?” kata kami, lalu mereka menjawab “Mau survei tempat plang”. Kami pun bingung, apalagi yang mau disurvei. Tapi pada akhirnya kami iyakan saja apa kata mereka. Biarlah, mungkin mereka butuh udara segar.
Sore hari seperti biasanya, kami mendampingi TPA Mushola Al-Furqon. Tidak ada yang berbeda dengan hari biasanya. Kami datang lalu disambut dengan anak-anak TPA, lalu kami menyimak bacaan mereka. Dilanjut dengan jajan gorengan di depan mushola. Bakwan jagung dan tempe mendoannya bagai oasis di tengah gurun pasir.
Alias kebetulan kami sedang lapar, jadi gorengan tadi bisa sedikit mengganjal perut kami, hehe. Di sisi lain, para anak laki-laki mengajak Jati bermain bola. Walau keringat bercucuran, mereka masih dengan semangat menendang bola itu. Untung bolanya tidak mengenai kaca rumah data. Karena jika iya, waduh bisa berabe nih!
Selepas kegiatan di TPA yang cukup melelahkan itu. Tiga serangkai dari Teknik Sipil alias Jati, Defta, dan Abid melanjutkan proses pengerjaan peta di ruang reparasi. 1001 debat mengenai letak rumah dan jalan penghubung terjadi di malam itu. Menjelang dini hari, satu persatu dari mereka pamit undur diri. Tujuan mereka tentunya menuju kamar masing-masing untuk mengistirahatkan diri, menyusul teman-teman lainnya yang sudah berkelana di alam mimpi.
Penulis: Diah Sukowati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H