Mohon tunggu...
KKN Kolaboratif 037
KKN Kolaboratif 037 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang tengah melaksanakan kegiatan KKN Kolaboratif #3 di Desa Pontang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelestarian Permainan Tradisional Gobak Sodor dan Bakiak Batok: Upaya Mempertahankan Warisan Budaya Indonesia

12 Agustus 2024   18:57 Diperbarui: 12 Agustus 2024   19:04 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan berkembangnya zaman, minat generasi muda pada permainan tradisional saat ini sudah mulai memudar tergantikan oleh adanya permainan digital. Di sisi lain, pudarnya popularitas permainan tradisional juga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ketergantungan generasi muda pada teknologi, kurangnya promosi yang menyebabkan keberadaannya kurang dipahami dan kurang menarik minat generasi muda serta adanya kemungkinan permainan tradisional tidak diajarkan secara aktif kepada generasi muda oleh orang tua atau lembaga pendidikan disekitarnya. Padahal, Permainan tradisional sendiri dapat menjadi salah satu sarana bermain dengan sejuta manfaat dalam hal kesehatan, kebugaran tubuh dan tumbuh kembang anak. Di sisi lain terdapat nilai-nilai positif yang terkandung dalam permainan tradisional diantaranya nilai kejujuran, kerjasama, sportif, tolong menolong, tanggung jawab, disiplin dan nilai positif lainnya yang dapat membangun karakter anak. Hal tersebut tentu lebih berfaedah dibanding permainan digital pada gadget yang justru menjadikan generasi muda saat ini kurang bersosialisasi dengan teman sebayanya, serta kurangnya empati mereka terhadap sekitar. Dengan adanya permainan tradisional akan lebih efektif bagi generasi saat ini dalam mengembangkan kontrol objek, kemampuan lokomotor dan keterampilan dasar serta keterampilan sosialnya.

 Maka dari itu, penting bagi kita terutama generasi muda saat ini untuk terus mempertahankan dan melestarikan keberadaanya mengingat permainan tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia, sehingga dengan upaya tersebut keseimbangan antara permainan tradisional dan modern akan tetap terjaga Dalam hal ini, para mahasiswa KKN Kolaboratif kelompok 037 berupaya melakukan pelestarian tersebut dengan mengadakan perlombaan permainan tradisional yang terbilang sederhana untuk dimainkan diantaranya yakni gobak sodor dan bakiak batok. Perlombaan tersebut diadakan pada tanggal 3&4 Agustus 2024 di Halaman Balai Desa Pontang yang diikuti oleh anak-anak serta remaja Desa Pontang. Di sisi lain, perlu bagi generasi muda untuk mengetahui asal usul serta cara memainkan permainan tradisional tersebut yang telah kami rangkum dalam artikel  berita ini.

Perlombaan Gobak Sodor di Halaman Balai Desa Pontang (Dokpri)
Perlombaan Gobak Sodor di Halaman Balai Desa Pontang (Dokpri)

Gobak sodor sendiri merupakan salah satu permainan tradisional yang telah dimainkan dari generasi ke generasi dan terdiri dari dua suku kata yakni 'gobak' yang berarti bergerak dan 'sodor yang artinya 'tombak'. Permainan ini berasal dari daerah Jawa Tengah, akan tetapi pendapat lain menyebutkan bahwa permainan ini berasal dari Belanda sebagaimana disebutkan pada buku Etnofisika dalam Seri Permainan Tradisional oleh Neng Nenden Mulyaningsih, dkk, dalam sejumlah literatur Belanda bahwa kata gobak sodor diambil dari kata 'go back through the dor' yang berarti menembus pintu. Dahulu, gobak sodor berawal dari para prajurit Indonesia yang memainkan permainan ini sebagai salah satu latihan kemampuan perang menggunakan tombak berujung tumpul. Dahulu, prajurit menyebutnya dengan sodoran (tombak berujung tumpul), sehingga sejak saat itu permainan ini menjadi populer dengan nama gobak sodor.

Cara memainkan permainan gobak sodor ini sangat mudah, yakni dengan:

  1. Membuat garis seperti pada lapangan bulu tangkis dengan kapur atau tepung.
  2. Membagi pemain menjadi dua tim dengan setiap tim terdiri dari 3-5 anggota. Satu tim akan menjadi tim “penjaga” dan tim lainnya menjadi tim yang berusaha memasuki benteng tersebut.
  3. Untuk tim yang menjadi “penjaga” harus menjaga lapangan menurut garis horizontal dan garis vertikal. “Penjaga” garis horizontal harus berusaha menghalangi tim lawan yang tengah bergerak memasuki garis batas. Bagi “panjaga” vertikal bertugas menjaga keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan.
  4. Tim lawan harus bergerak lewati garis dan penjagaan tersebut dari awal hingga akhir.

Pada permainan ini, tim A bermain melawan tim B dan tim C bermain melawan tim D. Kemudian pada babak terakhir juara satu dimenangkan oleh tim A dan juara dua dimenangkan oleh tim D.

Sama halnya dengan permainan gobak sodor, dalam perlombaan kali ini bakiak batok juga dimainkan oleh beberapa tim menggunakan alat berupa batok kering yang dibelah dua. Permainan tradisional ini berasal dari Sumatera Barat dan cukup populer dimainkan di daerah Bogor dan wilayah suku Sunda lainnya. Proses pembuatan alat peraga bakiak batok terbilang mudah, hanya perlu membelah batok kelapa tua menjadi dua dan melubangi bagian tengahnya untuk dikaitkan pada seutas tali dan dihubungkan antara batok satu dengan yang lain. Penggunaan tali yang lentur pada alat peraga tersebut akan memudahkan saat dimainkan. Selain seru, permainan ini juga dapat melatih fisik dan ketangkasan anak. 

Perlomabaan Bakiak Batok di Halaman Balai Desa Pontang (Dokpri)
Perlomabaan Bakiak Batok di Halaman Balai Desa Pontang (Dokpri)

Cara memainkan bakiak batok sangat sederhana yakni cukup dengan mengaitkan alat peraga pada jempol kaki seperti sedang memakai sandal jepit. Kemudian, kedua tangan memegang tali sersamaan dengan dengan tertariknya kaki ketika melangkah. Meskipun sederhana, permainan ini memerlukan keseimbangan tubuh dalam memainkannya. Selain itu, agar dapat berjalan menggunakan bakiak batok dengan sempurna, diperlukan pula kekompakan gerak antara tangan dan kaki. Peserta yang paling cepat sampai di garis finish akan dinyatakan sebagai pemenang. Pada perlombaan ini,terdiri dari beberapa tim dan dimenangkan oleh tim D sebagai peraih  juara 1 dan tim C sebagai peraih juara 2.

Berakhirnya kedua perlombaan tersebut disusul dengan pemberian reward atau hadiah sebagai bentuk penghargaan kepada para peserta atas partisipasinya dalam kegiatan ini. Dengan adanya perlombaan ini, diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk sarana pengenalan kembali permainan tradisional terhadap generasi muda dan dapat terus dilestarikan oleh warga sekitar di Desa Pontang agar popularitasnya tidak tergerus oleh perkembangan zaman.

Pemberian Awarding kepada Pemenang Lomba (Dokpri)
Pemberian Awarding kepada Pemenang Lomba (Dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun