Stunting merupakan suatu masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Menurut Kementerian Kesehatan Republik  Indonesia (2016), gejala stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Masalah serius lainnya adalah Demam Berdarah, yaitu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Penyakit ini memiliki gejala yang ditandai   dengan   munculnya   demam akut  selama  2 -7  hari   disertai  nyeri kepala,  sakit  pada  sendi  (myalgia)  dan otot  (athralgia)  serta  ruam  kulit.  Ruam pada  DBD  mempunyai  ciri-ciri  merah terang  dan  muncul  pertama  kali  pada tubuh  bagian  bawah  dan  selanjutnya menyebar hampir diseluruh tubuh. Kedua masalah tersebut sudah menjadi masalah utama di Desa Tegalrejo, Kecamatan Mayang yang penting untuk ditangani.
Sehubungan dengan hal tersebut, Mahasiswa KKN Kolaboratif 058 melakukan sosialisasi kepada Ibu-Ibu PKK, Perangkat Desa, dan Karang Taruna Desa Tegalrejo, Kecamatan Mayang terkait pengolahan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) sebagai suatu produk yang dapat dimanfaatkan untuk mencegah stunting dan demam berdarah. Salah satu TOGA yang kaya akan manfaat adalah jahe. Selain memiliki bau yang khas dan rasa pedas yang menghangatkan, jahe juga memiliki beberapa kandungan seperti gingerol, shagaol, dan resin yang memiliki efek sebagai antioksidan dan antikanker. Komoditas jahe yang tersedia secara melimpah di Indonesia membuat munculnya ide pembuatan produk jahe bubuk yang memungkinkan jahe tetap dapat dikonsumsi secara praktis hanya dengan melalui tahap penyeduhan.
Mahasiswa KKN Kolaboratif 058 memberikan penyuuhan terkait pengolahan jahe menjadi jahe bubuk yang lebih praktis dalam penyimpanan maupun penyeduhan. Jahe bubuk dibuat dengan pengupasan jahe, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan dan penghalusan jahe. Jahe yang sudah diblender kemudian disaring dan diendapkan selama 2 jam. Pengendapan ini dilakukan agar sari dan endapan jahe terpisah. Setelah 2 jam, dilakukan penyangraian sari jahe di api sedang bersama dengan kayu manis dan daun pandan untuk menambah aroma dan rasa khas dalam bubuk jahe. Setelah sari jahe membentuk gumpalan, kompor dimatikan dan gumpalan sari jahe tersebut dihaluskan menggunakan blender. Terakhir, bubuk jahe diayak hingga diperoleh bubuk jahe halus dan siap dikemas. Â Penyuluhan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Desa Tegalrejo, serta dapat menjadi suatu produk home industry yang dapat dikembangkan oleh masyarakat setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H