SIDOMEKAR, Salah satu masyarakat Dusun Babatan Desa Sidomekar memiliki usaha kerupuk singkong yang dirintis sejak tahun 1997 dan masih bertahan hingga sekarang. Ketahanan usaha itu, karena pengelola menjaga baik resep yang telah di buat, dan selalu menjaga kualitas dari rasa kerupuk singkong tersebut. Hal itu dikatakan oleh pemilik usaha, Bu Tyo.Â
Semua kegiatan pengolahan dilakukan dengan manual tanpa alat bantu sama sekali, namun, setelah beberapa tahun usaha itu berjalan, dalam penjelasannya, mencoba untuk bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai pinjam modal untuk membeli peralatan sebagai pembantu dalam pengolahan. "Hasil dari selep itu, ya kerupuk ini yang cuma lima kilo ini, hasilnya kita sisihkan untuk setoran BRI," terangnya saat diwawancarai di kediamannya, Senin (31/7).Â
Selain itu, dalam melakukan produksi, hanya dari kalangan keluarganya saja, karena beberapa tahun lalu mencoba untuk menerima pegawai, namun rasanya tidak sama dengan yang dibuatnya sendiri. "Anak anak ini masih Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) dikerjakan bersama. Cuma ada yang bantu itu buat ngupas dua orang," imbuhnya.Â
Pada waktu putra-putranya masih sekolah, lanjut Bu Tyo setiap hari bisa memproduksi hingga dua kuintal setengah, selama satu minggu kecuali hari minggu dikarenakan melaksanakan ibadah. "Kalo sekarang hanya bisa perhari satu kuintal setengah, sama yang bantu satu. Karena wes tua loh le, anak-anak juga yang satu kerja, yang satu kuliah di Surabaya," paparnya.Â
Walaupun usahanya telah berjalan selama 26 tahun, pengelola mengatakan, tidak pernah menerima bantuan apapun, baik dari desa ataupun bupati. "Dulu sempet katanya ada kunjungan wakil presiden Jusuf Kala ke pabrik, terus katanya ada bantuan akhirnya di foto-foto le dek sini, tapi hingga sekarang tidak pernah ada bantuan apa apa," pungkasnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H