Magelang-Universitas Tidar (Untidar) menerjunkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata di Desa Kaliabu, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Pengelolaan sampah yang belum optimal menjadi salah satu tantangan utama di Desa Kaliabu, Kecamatan Salaman. Permasalahan ini diungkapkan oleh Ahirudin, Kepala Dusun Jambang, yang menyebutkan bahwa sampah rumah tangga sering kali dibakar atau dibuang ke sungai akibat ketiadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). "Di Desa Kaliabu, terdapat permasalahan berupa sampah rumah tangga yang tidak diolah dengan baik. Contohnya dibakar dan dilarung ke sungai karena belum tersedianya TPA," ujar Ahirudin, Rabu (08/01/2025).
Sebagai bentuk kontribusi terhadap perbaikan lingkungan, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Tidar (Untidar) menghadirkan solusi berupa pengolahan sampah organik menjadi kompos. Salah satu anggota tim, Adhi Swasono, menjelaskan bahwa program kerja ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. “Kami ingin mendorong masyarakat untuk memanfaatkan sampah organik sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos, sehingga dapat menciptakan pupuk organik secara mandiri,” ujar Adhi.
Kegiatan ini sukses dilaksanakan di RT 01, Demangan Barat, Kaliabu, Salaman, Magelang. Puluhan ibu ibu PKK sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Pada tanggal 13/01/2025 mahasiswa KKN mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan praktik pembuatan kompos pada tanggal 21/01/2025. Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN memberikan panduan praktis melalui demonstrasi langkah-langkah pembuatan pupuk kompos menggunakan bahan sederhana, seperti EM4, molase atau tetes tebu, air, serbuk kayu, dan sampah sisa dapur.
Pertama lakukan pencacahan terhadap sampah organik sisa dapur, semakin kecil ukurannya akan semakin cepat proses penguraiannya. Campurkan EM4, molase, dan air dengan perbandingan 1:1:50 lalu aduk hingga larut. Tahap selanjutnya, siapkan bahan wadah yang sudah dilubangi. Masukkan serbuk kayu ke dalam wadah dilanjut dengan sampah sisa dapur, lakukan berlapis lapis. Lapisan paling bawah dan paling atas harus serbuk kayu lalu siram larutan sebelumnya ke campuran serbuk kayu dan sampah sisa dapur. Selanjutnya tutup wadah, simpan di tempat yang terkena sinar matahari. Kompos siap digunakan jika sudah berwarna hitam kecokelatan, bertekstur remah, tidak berbau, dan tidak panas saat disentuh.
Saat kegiatan berlangsung, ibu-ibu PKK tampak sangat antusias, mereka mendengarkan penjelasan dengan seksama dan sesekali melontarkan pertanyaan yang menunjukkan keingintahuan mereka.
Respon positif datang dari warga setempat, termasuk Ibu Sinta, salah satu warga setempat yang mengaku senang dan merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini. "Kami sangat berterima kasih kepada Mbak dan Mas KKN. Kegiatan ini membuka mata kami tentang cara mengolah limbah rumah tangga yang selama ini hanya terbuang sia-sia ke tempat sampah. Dengan panduan yang diberikan, kami berkomitmen untuk mempraktikkan pengolahan sampah ini di rumah masing-masing" terangnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Dayah, salah satu anggota aktif PKK. Ia menambahkan, "Kami ibu-ibu PKK suka menanam tanaman di rumah, dan pupuk ini sangat bermanfaat untuk membantu tanaman kami tumbuh lebih subur." Pernyataan ini mendapat sambutan hangat dari peserta lain yang sepakat bahwa hasil kompos dari kegiatan ini akan sangat membantu dalam memperbaiki kualitas tanaman hias maupun tanaman produktif di halaman rumah mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI