Pagi yang cerah dengan semangat yang tetap karena pulang sudah di depan mata, beberapa dari kami shubuh tadi berangkat ke pantai untuk mengambil dokumentasi pagi hari di desa ini selebihnya masih sibuk dengan mimpi-mimpi. Â Sunsetnya yang indah membuat mata enggan berkedip. Kami menjadi tidak ingin meninggalkan desa yang indah ini.
Siang harinya, beberapa dari kami ada yang melihat kondisi tanggul yang kemarin sudah di action dari mahasiswa KKN. Beberapa lagi ada yang menyusuri dusun Krajan.Â
Di dusun Krajan ini, kami bertemu dengan salah satu warga yang bekerja menyuling minyak oleh daun cengkeh. Di akhir kami di sini, dapat menambah pengetahuan baru yaitu tentang penyulingn minyak oleh daun cengkeh. Namun kasihan, di cuaca yang tak menentu ini membuat penghasilan menurun alias tidak bisa menyuling minyak karena membutuhkan daun cengkeh yang kering.
Sore yang berkenang, bagaimana tak berkenang? Seluruh siswa siswi Bimbingan Belajar berdatangan untuk perpisahan dengan kami, perpisahan ini digambarkan dengan penyerahan hadiah kenang-kenangan kami kepeda mereka.
Sehabis maghrib setelah sholat jama'ah, kami sudah berencana menuju rumah pak Inggi. Berniat ingin pisah kenang akan tetapi taqdir berkata lain karena ternyata pak Inggi sedang menghadiri acara lainnya. Di sana hanya bu Inggi yang menjamunya dan seperti biasa, linang air mata membasahi pipi kami. Tak hanya yang cewek, yang cowokpun begitu. Seakan kami tidak ingin meninggalkan desa tercinta ini begitu juga bu Inggi yang terlihat tak ingin pisah dengan kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H