Desa Suling Wetan, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu desa dengan mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani dan peternak sapi. Hal ini memunculkan potensi terbesar berupa kotoran sapi di desa tersebut. Akan tetapi, potensi ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Kotoran yang dihasilkan dari ternak sapi milik warga biasa dibiarkan berceceran atau langsung dibuang ke sungai.Â
Perilaku masyarakat ini padahal masih dapat diperbaiki dengan cara memanfaatkan kotoran sapi yang ada menjadi pupuk kompos. Selain menciptakan lingkungan yang bersih, upaya tersebut dapat menjadi solusi untuk mengatasi kelangkaan pupuk di Desa Suling Wetan. Menurut keterangan dari Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), Bapak Hasyim, subsidi pupuk dari pemerintah untuk petani sangat terbatas. Hal ini dapat dipandang sebagai kondisi yang mengkhawatirkan sebab sejatinya tanaman membutuhkan pupuk dalam jumlah banyak sejak ditanam hingga tiba masa panen.Â
Kelangkaan pupuk tersebut membuat Tim KKN UMD Universitas Jember Kelompk 80 merasa prihatin, terlebih lagi ketika warga menunjukkan keadaan tanaman mereka yang berkemungkinan mengalami gagal panen. Melihat permasalahan semacam itu, Kelompok 80 berusaha mencari solusi dengan sekaligus memanfaatkan potensi desa. Oleh karena itu, dipilihlah pengolahan limbah ternak sapi menjadi pupuk kompos sebagai program kerja (proker) utama. Dalam proker ini, kegiatan yang dilakukan meliputi pembuatan pupuk kompos, uji coba pupuk kompos terhadap tanaman terong, dan mengadakan sosialisasi kepada anggota Gapoktan.
Acara sosialisasi merupakan kegiatan inti dari proker ini, sebab di dalamnya Kelompok 80 menyampaikan tiga hal, yakni pentingnya penggunaan pupuk kompos, langkah-langkah dalam pengolahan pupuk kompos, dan manfaat pupuk kompos bagi tanaman. Acara ini diselenggarakan pada 6 Agustus 2024 di Kantor Desa Suling Wetan dengan dihadiri oleh anggota Gapoktan dan perangkat desa.
Dalam penyampaiannya, yang menjadi fokus utama adalah bahan-bahan dan proses pengolahan pupuk kompos. Bahan dasar yang diperlukan yakni kotoran sapi yang sudah dikeringkan, air cucian beras, dan cairan EM4 sebagai tambahan nutrisi. Proses pengolahannya diawali dengan pelarutan cairan EM4 ke dalam air cucian beras. Selanjutnya larutan tersebut dicampurkan dengan kotoran sapi hingga teksturnya menyerupai tanah basah. Setelah itu dilakukan proses pemeraman selama 15 hari dengan pengecekan kadar kelembaban pupuk setiap tiga hari sekali. Pupuk kompos siap digunakan ketika teksturnya sudah gembur.
Melalui proker ini, Tim KKN Universitas Jember Kelompok 80 memiliki harapan agar pupuk kompos yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk bagi tanaman para petani dan menjawab permasalahan petani terkait fenomena kelangkaan pupuk. Selain itu, pemanfaatan kotoran sapi dan air cucian beras dapat menjadi solusi untuk menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini dapat terjadi sebab limbah ternak sapi yang semula dibiarkan berceceran atau dibuang ke sungai dapat diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat untuk kehidupan masyarakat setempat terutama di bidang pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H