Menjajaki Potensi UMKM Keripik Athifa: Mengembangkan Usaha Lokal dengan Inovasi, Mengatasi Tantangan Pemasaran Digital, dan Meraih Pasar Baru
Mahasiswa KKN Universitas Tidar periode I bulan Juli - Agustus 2024 mengunjungi salah satu UMKM di Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. UMKM tersebut bernama "Keripik Athifa."
UMKM Keripik Athifa adalah usaha mikro yang mengkhususkan dalam produksi berbagai jenis keripik, termasuk keripik bayam, talas, dan tempe. Meskipun talas tidak diproduksi dalam jumlah besar karena keterbatasan ketersediaan bahan, produk ini tetap menjadi bagian dari portofolio mereka. Usaha ini telah memenuhi persyaratan legal dan keamanan pangan dengan memiliki sertifikat PIRT, NIB. Ibu Yanti, selaku pemilik usaha mengatakan, "Sertifikat halal juga kami peroleh saat pandemi COVID-19." Ibu Yanti dan suaminya mengurus sertifikat karena saat ini pengurusan sudah lebih mudah dan tidak berbayar.
Keripik Athifa telah membangun jaringan pemasaran yang cukup baik, dengan produk-produk mereka yang dijual di toko-toko di wilayah pasar tradisional, warung terdekat, dan toko oleh-oleh Semarang seperti Bandeng Yuwono. Selain itu, mereka juga memiliki reseller yang membantu dalam memperluas jangkauan produk. Penjualan dilakukan melalui berbagai cara, termasuk pesanan langsung yang dikirimkan ke pelanggan, serta penjualan grosiran.
Meskipun begitu, pemasaran online mereka terbatas. Saat ini, pemasaran online dilakukan melalui WhatsApp dan panggilan telepon, sementara akun Facebook yang dimiliki belum dioptimalkan. Kendala utama dalam mengelola media sosial ialah kurangnya sumber daya manusia (SDM) dan waktu untuk mengelola platform-platform tersebut.
Selain melayani pelanggan lokal, Keripik Athifa juga menarik perhatian turis. Saat mahasiswa KKN mengunjungi UMKM ini, kami bertemu dengan turis-turis asal Paris. Mereka mengunjungi UMKM ini didampingi oleh seorang tour guide. "I'm from Paris. This (tempe) is delicious," ungkap salah satu turis tersebut. UMKM ini telah menyediakan paket wisata yang memungkinkan turis untuk melihat proses produksi dan menikmati produk mereka. Beberapa turis bahkan tertarik membeli keripik dalam bungkusan kosong tanpa label merek sebagai oleh-oleh atau dalam bentuk kemasan yang transparan. Usaha ini juga telah bekerja sama dengan koperasi dan telah menerima beberapa pemesanan untuk paket wisata yang di-booking beberapa bulan sebelumnya.Â
Harga dibandrol mulai dari Rp15.000,00. "Kalau turis gitu kadang kami beri harga dua kali lipat lebih tinggi yaitu Rp30.000,00, kalau lokal kami beri harga Rp15.000,00"
Keripik Athifa melakukan pengemasan produknya di Candirejo yakni tempat produksi usaha tersebut. Meskipun terdapat kendala dalam hal pemesanan bungkus yang minimal harus 1000 pcs. Ukuran standar untuk bungkus keripik tempe ialah 1,5 ons. Selain penjualan reguler, mereka juga menerima pesanan khusus, misalnya untuk acara lamaran pernikahan.
Tidak ada kendala besar dalam produksi keripik, meskipun kadang-kadang terjadi kelangkaan bahan baku yang menyebabkan harga bahan menjadi tinggi. Namun, kenaikan harga bahan ini tidak mempengaruhi harga jual produk secara signifikan, meskipun kadang-kadang ada kenaikan harga sekitar Rp2.000,00. Keripik Athifa selalu menjaga kualitas dan kuantitas produk yang mereka jual.
UMKM Keripik Athifa memiliki potensi besar untuk berkembang lebih jauh, terutama jika mereka dapat mengoptimalkan pemasaran online dan memperluas jangkauan pasar mereka. Tantangan dalam hal SDM dan manajemen waktu untuk pengelolaan media sosial dapat diatasi dengan pelatihan atau bantuan dari pihak ketiga. Dengan kualitas produk yang terjaga dan diversifikasi produk, Keripik Athifa siap untuk menjangkau lebih banyak pelanggan baik lokal maupun turis.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H