Pada tanggal 16 Agustus 2024, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Wiranegara (UNIWARA) melaksanakan praktik budidaya maggot dan lele di RW 06, Kelurahan Bugul Kidul, Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pengurangan sampah rumah tangga yang semakin mendesak untuk diatasi.
Menurut riset yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK) pada tahun 2019, 62% dari total timbulan sampah di Indonesia berasal dari sampah rumah tangga, dengan sebagian besar berupa sisa makanan. Permasalahan ini juga dialami oleh warga Kelurahan Bugul Kidul, terutama dengan maraknya usaha katering di wilayah tersebut yang menghasilkan banyak limbah makanan. Limbah ini menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap, yang kemudian mencemari lingkungan.
Untuk mengatasi masalah ini, warga setempat bersama mahasiswa KKN UNIWARA memanfaatkan sisa makanan tersebut sebagai pakan untuk budidaya maggot di RW 06. Maggot, atau larva lalat Black Soldier Fly, dikenal sebagai solusi efektif untuk mengurangi sampah organik karena kemampuannya mengonsumsi sampah dengan cepat.
a. Tahapan Budidaya Maggot untuk Pengurangan Sampah
Proses budidaya maggot dimulai dengan pengumpulan sampah sisa makanan dari rumah-rumah warga dan warung-warung di sekitar RW 06. Sampah ini kemudian diberikan kepada larva maggot yang ditempatkan di dalam biopond. Dalam waktu tiga hari, larva maggot dapat mengonsumsi seluruh sisa makanan tersebut.
Larva yang telah dewasa kemudian akan berpasangan dan bertelur di dalam biopond. Larva yang tidak berpasangan akan berubah menjadi kepompong, yang kemudian akan berkembang menjadi lalat dewasa. Lalat-lalat ini akan memulai siklus hidup baru, sementara maggot yang mati dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Selain itu, hasil dari budidaya maggot tidak hanya berupa larva. Kotoran maggot juga dapat diolah menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi kesuburan tanaman. Proses pengolahan pupuk ini cukup sederhana, yaitu dengan merendam kotoran maggot selama beberapa hari, kemudian menyaringnya. Cairan yang dihasilkan kemudian diaplikasikan pada tanaman sebagai pupuk.
b. Manfaat dan potemsi ekonomi budidaya magot
Budidaya maggot ini tidak hanya membantu mengurangi sampah rumah tangga, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga setempat. Hasil budidaya, baik berupa maggot maupun pupuk, dimanfaatkan sendiri oleh warga. Jika dijual, hasil penjualan akan dimasukkan ke dalam kas warga untuk pengembangan budidaya maggot lebih lanjut.
Program ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk masalah sampah di Kelurahan Bugul Kidul, sekaligus memberikan manfaat ekonomi tambahan bagi masyarakat. Dengan dukungan dari berbagai pihak, budidaya maggot ini berpotensi untuk diterapkan di wilayah lain yang memiliki masalah serupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H