Sejak tahun 2014, Kementerian Pertanian telah sukses mengembangkan teknologi benih umbi mini dari biji (TSS=True Shallot Seed) yang mampu mengurangi kebutuhan benih hampir separuhnya, dengan rata-rata 750kg umbi mini per hektar. Tidak hanya itu, sejak tahun 2018 inovasi ini diterapkan dalam budidaya bawang merah untuk konsumsi penggunaan benih yang berasal dari biji. Penggunaan benih ini dapat menghemat hingga 66,7% biaya pembelian benih dengan asumsi kebutuhan benih sebanyak 5kg per hektar (Atman, 2021).
Melalui program kerja Banjaragung Food Resilience (BFR) mahasiswa KKN Untidar memperkenalkan inovasi budidaya bawang merah yang berasal dari biji kepada masyarakat melalui KWT Desa Banjaragung. Tujuan program kerja ini untuk mendukung kemandirian pangan masyarakat melalui pemanfaatan lahan dengan biaya yang lebih ekonomis.
Sementara itu, Ketua Kelompok KKN Untidar Banjaragung, Ridwan Rahmanto mengatakan bahwa program kerja Banjaragung Food Resilience (BFR) merupakan salah satu program kerja unggulan edukasi bagi masyarakat. Dengan melihat begitu besar manfaat dari kegiatan ini, Ridwan berharap program kerja Banjaragung Food Resilience (BFR) dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh masyarakat Desa Banjaragung.
“Program kerja Banjaragung Food Resilience (BFR) merupakan salah satu program kerja unggulan edukasi bagi masyarakat. Dengan melihat begitu besar manfaat dari program ini, saya berharap Banjaragung Food Resilience (BFR) dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh masyarakat Desa Banjaragung”, kata Ridwan saat berdiskusi terkait program unggulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H