Mohon tunggu...
KKN Kolaboratifkelompok49
KKN Kolaboratifkelompok49 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

KKN Kolaboratif Kelompok 49 Desa Pace

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Kolaboratif 49: Mengeksplor "Emas Hitam" Desa Pace sebagai Sumber Perekonomian Masyarakat

10 Agustus 2022   20:20 Diperbarui: 10 Agustus 2022   20:47 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Topografi wilayah Desa Pace yang berada di kaki perbukitan menjadikan perkebunan agroforestri banyak diaplikasikan oleh para petani. Komoditas unggulan yang dibudidayakan oleh para petani ialah tanaman kopi. Kopi yang dibudidayakan di Desa Pace merupakan jenis kopi robusta dan varietas lokal unggulan kopi milo. Penamaan varietas kopi milo diambil dari singkatan "MILik Orang Pace". Para petani di Desa Pace memiliki institusi masyarakat yang bergerak di bidang pertanian yaitu Kelompok Tani. 

Institusi masyarakat yang bergerak di bidang pertanian yang terdiri atas sepuluh kelompok tani berada di bawah naungan (Gapoktan) Suka Maju. Adapun nama-nama lembaga kelompok tani yang bergabung dalam Gapoktan tersebut meliputi: Taman Risqi, Taman Tirto, Karya Baru, Abadi, Karya Muncul, Suka Makmur, Srikandi, Batu Lawang, Mandiri, Karya Bakti yang tersebar di beberapa wilayah Desa Pace. Sebagian besar kelompok tani di Desa Pace bergerak di bidang kopi dan yang menjadi komoditas mayoritas di desa Pace. Kopi unggulan yang ada yaitu kopi robusta "MILO" yang memiliki ciri -- ciri biji berbentuk oval lancip, berukuran lebih kecil dari kopi robusta pada umumnya. Produk kopi yang dihasilkan di Desa Pace dapat berupa biji kopi hijau, kopi yang disangrai atau roasting, dan bubuk kopi. "Penjualan produk kopi di Desa Pace ini dilakukan melalui tengkulak atau pengepul" ujar Bapak Zainal Arifin selaku Ketua Gapoktan Suka Maju.

Penjualan Biji kopi hanya berhenti di tengkulak, masyarakat masih belum mampu dalam pemasaran (expo) sehingga perlu adanya sosialisasi dan pelatihan terkait bagaimana strategi pemasaran. Pelaksanaan strategi pemasaran sebagai upaya memotong rantai pemasaran dan meningkatkan perekonomian petani serta masyarakat, diperlukan peran pemerintah dan stekholder sebagai fasilitator.



Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun