Mohon tunggu...
KKN 331kalianyar
KKN 331kalianyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa kkn

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Metode IPAL Sebagai Upaya Mengurangi Pencemaran di Desa Kalianyar oleh KKN 331 Universitas Jember

30 Agustus 2022   19:36 Diperbarui: 30 Agustus 2022   22:43 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Kalianyar merupakan salah satu desa yang terletak di bagian selatan Kabupaten Bondowoso tepatnya di Kecamatan Tamanan. Sebagian besar penduduk desa Kalianyar berprofesi sebagai petani. Namun banyak juga industri seperti genteng, batik dan tahu. Akan tetapi untuk industri yang lebih dominan yakni industri tahu. Seperti yang kita ketahui bahwasannya setiap produksi tahu akan menghasilkan limbah padat maupun cair. Untuk limbah padat masih bernilai ekonomi, sebagai pakan ternak maupun diolah kembali menjadi tempe gembus. Sedangkan limbah cair tidak memiliki nilai ekonomi  yang biasanya dialirkan langsung menuju sungai dan lingkungan sekitar produksi, hal ini lah yang berpotensi merusak lingkungan baik dari udara, tanah maupun air. Oleh sebab itu, kami kkn 331 Universitas jember mengangkat permasalahan ini untuk program kerja kami. Dimana IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan solusi yang kami ambil untuk mengatasi permasalahan tersebut.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

IPAL sendiri merupakan suatu sarana yang digunakan untuk mengolah air limbah tahu yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga atau domestik agar lebih aman pada saat dibuang ke lingkungan sesuai dengan baku mutu lingkungan (Harudyawati, 2016). Secara singkat IPAL ini sangat membantu untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh limbah cair tahu yang dibuang tanpa ada penyaringan. IPAL memiliki manfaat menyaring sisa ampas, menetralkan bahan kimia dan menghilangkan bau dari limbah tahu. Sehingga hal inilah yang membuat IPAL ini cocok digunakan untuk mengatasi masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah cair dari tahu.

Untuk pemasangan IPAL ini sendiri bisa dikatakan cukup mudah, karena alat dan bahannya mudah ditemui disekitar kita. Untuk alat dan bahannya diantaranya:

Alat dan bahan : 

  • Pipa 1 dim
  • Stop Kran 3 pcs berukuran 1 dim
  • Bambu 3 lonjor
  • Kawat 1 roll
  • Selang 2 meter
  • Fitting/Sokran 5 pcs berukuran 1 dim
  • Ember 2 pcs
  • Terpal 4x5 
  • Serabut kelapa 5 buah
  • pasir 1 karung kecil
  • arang 3 bungkus
  • Kapur 1 karung kecil

Mekanisme IPAL:

  • Untuk mekanisme pembuatan IPAL dimulai dengan menyiapkan semua alat dan bahan yang sudah tertera diatas.
  • Melubangi ember sesuai ukuran untuk  dipasang fitting Pipa/Sokran.
  • Memotong pipa sesuai dengan jarak antar ember filter dan kolam penampungan.
  • Memasang filter pada ember pertama. Mulai dari serabut, arang, hingga pasir.
  • Mengukur dan memotong bambu untuk kolam penampungan.
  • Menyusun bambu sesuai desain dan memasang terpal plastik.
  • Pemasangan fitting pada kolam.

Untuk tindak lanjut dalam program IPAL ini, kami menggunakan bibit lele sebagai bukti bahwa proses filtrasi berhasil. Selain ternak lele, dapat juga menggunakan tanaman hydroponic sebagai salah satu bukti keberhasilan IPAL. Hal inilah yang yang dapat berguna sebagai penghasilan tambahan bagi para produsen tahu. Keberhasilan ini dapat diukur melalui air yang jernih, tidak berbau, dan menetralkan pH yang semula mencapai 4,9 menjadi 7,5.

Dari testimoni produsen tahu dan masyarakat sekitar mengenai program IPAL, mereka berpendapat bahwa program kami sangat membantu dalam menangani permasalahan dari limbah tahu. Untuk peran kkn sendiri, menurut salah satu produsen tahu masalah yang timbul sudah mulai teratasi. Hal ini diperkuat dengan pendapat Bu Fadli selaku produsen tahu. Selain pendapat dari produsen tahu itu sendiri, masyarakat sekitar (Pak Samsul) juga beranggapan baik untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan berkurangnya bau dari limbah cair dan menetralkan pH sehingga air yang dialirkan dapat lebih berguna seperti ternak Lele dan media beberapa tanaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun