Mohon tunggu...
Kkn71 Gadingsari
Kkn71 Gadingsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kelompok KKN UMD 71 Universitas Jember

Berita seputar kegiatan Kelompok KKN 71 Universitas Jember di Desa Gadingsari, Kecamatan Binakal, Kabupaten Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potensi Desa Gadingsari: Mengenal Lebih Dekat Potensi Desa Bersama KKN Kelompok 71

30 Juli 2024   12:00 Diperbarui: 30 Juli 2024   14:01 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah Kerja Nyata Universitas Membangun Desa (KKN UMD) yang dilaksanakan oleh Universitas Jember merupakan perwujudan Tri Dharma perguruan tinggi yang ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat. Tujuan dari adanya kegiatan ini salah satunya adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa dengan memanfaatkan potensi yang ada. 

Kelompok KKN 71 ditugaskan untuk mengabdi di Desa Gadingsari selama 45 hari atau kurang lebih 6 minggu. Desa Gadingsari terletak dibawah kaki Gunung Argopuro dan merupakan desa teratas di Kecamatan Binakal, Kabupaten Bondowoso. Dari desa ini kita dapat melihat pemandangan indah Gunung Piramid dengan sangat jelas. 

Sepekan pertama di desa, kelompok KKN 71 berfokus untuk mengidentifikasi potensi yang berada di Desa Gadingsari. Identifikasi potensi desa dilakukan melalui survei dan wawancara langsung di Desa. Berdasarkan hasil identifikasi potensi desa disimpulkan bahwa potensi desa yang ada sangat besar namun belum dioptimalkan pemanfaatannya. 

Salah satu potensi terbesar yang dimiliki oleh Desa Gadingsari adalah tanaman bambu yang melimpah. Di Desa ini tidak sulit untuk menemui tanaman bambu. Tanaman bambu tersebar di sekitar sungai, sawah, jalan bahkan rumah warga. Jenis bambu dan ukuran bambu yang ada juga beraneka ragam.

Tanaman bambu yang melimpah di Desa Gadingsari banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan bambu untuk mendapatkan uang yaitu dengan mengolah bambu menjadi besek ikan. Setelah dilakukan survei diketahui bahwa hampir 90% warga di Desa Gadingsari merupakan pengrajin besek ikan atau disebut “bernyit” oleh warga sekitar. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Kepala Desa Gadingsari yaitu Bapak Halis. Beliau mengatakan bahwa sebagian besar warganya berprofesi sebagai pengrajin besek ikan. Pengrajin besek ikan juga tidak semua merupakan usaha utama keluarga sebagian dari mereka juga menjadikan usaha besek ikan sebagai usaha sampingan saja.

Pemanfaatan bambu menjadi besek ikan dirasa belum optimal hal ini dikarenakan harga jual besek ikan sangat murah. Untuk ukuran paling besar saja besek ikan hanya dihargai Rp45.000 per ikat yang berisi 100 biji, dimana berarti per biji hanya dihargai Rp450. Harga besek ikan yang murah dengan proses yang panjang dalam pembuatannya dirasa belum cukup untuk dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut selama di Desa Gadingsari kami memutuskan untuk melaksanakan program kerja yang berfokus pada dua hal yaitu ;

  • Mengoptimalkan pemanfaatan bambu menjadi produk kerajinan dengan nilai jual yang lebih tinggi 

  • Mengoptimalkan pemasaran produk kerajinan bambu

Dokumen Pribadi Penulis
Dokumen Pribadi Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun