Mohon tunggu...
KKN UMD 149 UNEJ
KKN UMD 149 UNEJ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Peserta KKN UMD 149 UNEJ Desa Seletreng

Mahasiswa peserta KKN UMD 149 Desa Seletreng Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo yang terdiri atas mahasiswa yang berasal dari beberapa fakultas yang ada di Universitas Jember (FT, FIB, Faperta, Fkep, Fisip, FMIPA, Fasilkom)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN UMD 149 UNEJ: Pendampingan UMKM Dan Inovasi Bahan Baku Pengganti Ikan Bandeng Yang Sulit Didapat

31 Juli 2023   22:00 Diperbarui: 31 Juli 2023   23:17 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ikan bandeng merupakan salah satu ikan yang memiliki cita rasa gurih dan digemari oleh banyak orang. Ikan bandeng juga menjadi komoditas ekspor yang sering disebut dengan milkfish. Sebaran ikan bandeng ada di Samudera Hindia, Pantai Amerika, Pantai Afrika, Selatan Jepang, dan hingga Utara Australia. Wilayah Indonesia khususnya banyak ditemukan ikan bandeng yang telah dibudidayakan dengan menggunakan tambak-tambak yang berlokasi di sekitaran pantai. Pada konteks ikan bandeng yang digunakan oleh para warga Desa Seletreng, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo ini merupakan ikan hasil tangkapan nelayan dari laut. Hal tersebut kemudian memunculkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan mulai sulitnya untuk mendapatkan ikan bandeng. Nelayan juga hanya mampu mendapatkan ikan bandeng dimusim tertentu saja.

Warga Desa Seletreng yang tinggal di sekitaran pantai ada yang melakukan produksi kerupuk ikan. Warga memanfaatkan ikan bandeng sebagai bahan utama dalam produksinya. Apabila ikan bandeng sulit didapatkan, maka produksi kerupuk juga harus berhenti karena bahan baku utama pembuatan kerupuk adalah ikan bandeng. Penggunaan ikan bandeng sebagai bahan baku utama karena adanya kualitas dan hasil cita rasa dari kerupuk yang diproduksi dapat dipastikan sangat gurih dan banyak diminati. Warga tidak berani menggunakan bahan ikan lainnya karena takut akan berpengaruh pada rasa kerupuk. Produsen kerupuk selalu mengatakan bahwa akan melakukan produksi asalkan bahan baku ikan bandeng berhasil didapatkan.

Adanya permasalahan yang ada dimasyarakat tentunya perlu mendapatkan perhatian dari mahasiswa peserta KKN UMD 149 UNEJ yang ditempatkan di Desa Seletreng. Kelompok KKN UMD 149 UNEJ juga berupaya untuk memberikan solusi kepada warga sehingga akan menimbulkan efek yang positif. Warga juga terus diyakinkan untuk menggunakan bahan dasar jenis ikan yang lain sebagai pengganti ikan bandeng saat ikan tersebut mulai sulit didapatkan pada musin tertentu. KKN UMD 149 UNEJ mengajak warga untuk menggunakan ikan yang mirip dengan bandeng atau yang biasa warga menyebutnya dengan ikan belida. Belida yang dalam konteks penyebutan warga tidak seperti belida yang telah kita kenal baik secara langsung maupun melalui internet. Karakteristik ikan pengganti yang kami tawarkan kepada warga ini memiliki ciri yang paling mendekati bandeng dibandingkan ikan yang lain. Berkaitan dengan rasa juga tidak terlalu jauh berbeda. Hal tersebut dapat diketahui karena kelompok KKN UMD 149 UNEJ telah melakukan percobaan dan praktik pembuatan bersama salah satu warga dan pada saat proses pemotongan maupun penjemuran lebih banyak warga yang antusias. Ikan tidak hanya digunakan dalam pembuatan kerupuk, tetapi warga juga membuat pentol atau bakso, ikan kering, dan nuget ikan. Olah yang jumlahnya besar lebih mengarah pada pembuatan kerupuk ikan dan ikan kering karena lebih simpel dalam aspek pembuatannya. Kerupuk ikan dan ikan kering sering kali dibeli oleh pengunjung pantai untuk dijadikan oleh-oleh, sedangkan nuget dan pentol ikan sering kali hanya dijadikan sebagai konsumsi keluarga sendiri.

 Kelompok KKN UMD 149 UNEJ juga merancang logo dan kemasan sebagai ciri pengenal pada produk kerupuk yang diproduksi warga. Logo tersebut nantinya akan digunakan oleh beberapa keluarga yang juga akan melakukan produksi secara rumahan dan pemasarannya berada dibawah naungan logo yang telah kami desain. Hal tersebut juga sebagai tanda bahwa produksi tersebut telah mendapatkan pendampingan dari KKN UMD UNEJ, sehingga juga dicantumkan logo UNEJ, LP2M, dan KKN. Warga juga akan mendapatkan sosialisasi dan pelatihan yang berkaitan dengan masalah pemasaran. Pemasaran dapat dilakukan secara langsung maupun secara online melalui pasar online yang memnfaatjkan media sosial.

Pada aspek pemasaran tentunya diperlukan beberapa hal yang berkaitan dengan perizianan, yaitu pengurusan NIB (Nomor Induk Berusaha) dan sertifikasi halal. Kelompok KKN UMD 149 UNEJ memberikan pendampingan untuk mengurus NIB terhadap warga yang akan melakukan produksi kerupuk. Berkaitan dengan sertifikasi halal diperlukan beberapa berkas dokumen persyaratan sehingga kelompok KKN membeantu dalam penyiapan dokumen persyaratan tersebut. Apapun yang dapat diberikan pendampingan, maka kelompok KKN akan terus melakukan pendampingan hingga periode KKN berakhir. Kegiatan KKN harus memberikan dampak maupun solusi atas apa yang telah menjadi permasalahn warga. Sekecil apapun yang dapat diberikan kepada warga setidaknya dapat sedikit memberikan harapan yang cerah bagi warga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun