Tahun ini, UPN "Veteran" Jawa Timur melakukan penyelarasan kegiatan KKN dengan kegiatan KKN-T MBKM yang dicanangkan oleh Kemdikbudristek. Terdapat 151 kelompok diturunkan ke beberapa wilayah di daerah Jawa Timur, salah satu lokasi dengan skema Desa Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif adalah Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegalsari, Surabaya. Banyaknya potensi UMKM yang dapat dikembangkan menjadi alasan dipilihnya Kelurahan Tegalsari sebagai lokasi KKN-T oleh pihak UPN "Veteran" Jawa Timur. Sebagai langkah awal, mahasiswa dari kelompok 52 dibawah bimbingan Ibu Nurul Azizah, S.AB., M.AB. selaku DPL (Dosen Pendamping Lapangan) melakukan pemetaan terhadap potensi ekonomi kreatif dan kewirausahaan yang dapat dikembangkan di Kelurahan Tegalsari.
Pada Selasa (08/03), kelompok 52 mengunjungi Kantor Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegalsari, Surabaya. Dalam kegiatan awal survei ini, mahasiswa dari kelompok 52 bertemu secara langsung dengan Bapak Setia Kustanto, SH selaku Lurah Tegalsari, Ibu Suryaningsih selaku PIC dari Kelurahan Tegalsari, dan Bapak Ruswanto selaku Ketua RW 7. Dalam survei pertama ini, kelompok 52 memberikan beberapa pertanyaan mengenai potensi UMKM yang ada di Kelurahan Tegalsari, Surabaya.
"Di Kelurahan Tegalsari ini terdapat beberapa UMKM yang dijalankan oleh warga, contohnya seperti sentra bakpia yang terdapat di RW 7, ternak lele di RW 4, dan konveksi pakaian muslim anak-anak. Di Kelurahan Tegalsari juga terdapat UMKM ikat jumput yang sudah menjadi binaan Pemkot Surabaya dan memasarkan produknya hingga keluar daerah. Namun, untuk saat ini UMKM ikat jumput belum bisa untuk dikunjungi." Ucap Ibu Suryaningsih selaku PIC dari Kelurahan Tegalsari.
Keesokan harinya pada Rabu (09/03), Kelompok 52 melanjutkan survei dengan mendatangi sentra bakpia di RW 7 Kelurahan Tegalsari. Salah satu UMKM yang berada di Kelurahan Tegalsari ini menyambut baik kegiatan KKN tematik dari UPN. Beliau menyampaikan beberapa keluhan saat menjalankan usahanya, "Keluhan yang dialami yaitu dalam hal pemasaran yang dirasa kurang karena pemasaran bakpia masih sebatas dititip-titipkan dan tidak mengetahui bagaimana cara memasarkan secara online. Selain itu, produksi bakpia juga tidak dilakukan setiap hari." Ucap salah satu pelaku UMKM di RW 7 Kelurahan Tegalsari.
Tidak hanya sentra bakpia, Kelompok 52 juga mendatangi budidaya ikan lele yang berada di RW 4. Pemilik UMKM budidaya ikan lele ini mengaku bahwa usahanya dijalankan berawal dari hobi yang disalurkan selama pandemi Covid-19. Namun, beliau mengaku bahwa terdapat kendala berupa kurangnya sumber daya manusia serta keterbatasan waktu yang membuat usaha budidaya ikan lele ini tidak berjalan dengan maksimal. Selain itu, keterbatasan modal yang berpengaruh pada ketidakmampuan untuk memperluas wilayah budidaya juga menjadi kendala yang dialami pemilik budidaya ikan lele ini.
Dari survei yang telah dilakukan, kami selaku Kelompok 52 memiliki gambaran awal yang dapat digunakan sebagai bahan untuk merancang berbagai program kerja yang dapat mengembangkan potensi-potensi ekonomi kreatif dan kewirausahaan di daerah Kelurahan Tegalsari, Surabaya. Namun, tentu saja survei lebih lanjut sangat dibutuhkan agar program kerja yang dirancang dapat memaksimalkan potensi UMKM yang ada di Kelurahan Tegalsari, Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H