Perajin tempe di Desa Mojoparon, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan berkolaborasi dengan kelompok mahasiswa KKN UMD dari Universitas Jember (UNEJ).Â
Kelompok mahasiswa KKN 476 membantu menelurkan ide untuk permasalahan limbah cair tempe agar tidak lagi memberikan dampak negatif pada lingkungan. Potensi limbah cair tempe menjadi Pupuk Organik Cair (POC) sebagai edukasi untuk giat gerakan zero waste peduli lingkungan hidup.
Tempe merupakan makananan tradisional khas Indonesia yang dapat dikonsumsi oleh segala kalangan bahkan menjadi salah satu menu andalan sehari-hari. Hal ini menjadikan industri tempe rumahan semakin meningkat karena menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Namun, usut punya usut hal ini juga berbanding lurus dengan meningkatnya limbah hasil industri.Â
Pembuangan limbah secara langsung ke lingkungan dalam konsentrasi tertentu memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan makhluk hidup. Pada proses produksi tempe dihasilkan banyak limbah berupa padat dan cair.
"Ampas kulit kedelai saya jual ke peternak kambing, kalau air rendaman dan rebusan saya buang ke sungai pakai saluran pipa panjang," ujar Bapak Roji. Selasa, 2 Agustus 2022.
Hal ini akan menjadi masalah yang sangat mengganggu ketika air sungai surut. Bau busuk yang ditimbulkan dari gas H2S, amoniak, dan fosfin yang mengendap membuat masyarakat sekitar merasa terganggu.
"Warga memang terkadang protes kalau air sungai surut karena kan memang bau. Perangkat desa waktu itu juga sudah menghubungi saya, tapi saya belum punya modal untuk buat IPAL," imbuhnya.
Dari proses wawancara yang dilakukan, kelompok KKN 476 berinisiatif untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut.Â
Nurul Wahidatis Sya'bania anggota kelompok KKN 476 mengatakan bahwa dari pertimbangan dari hasil survei usaha dan potensi desa, limbah cair tempe memiliki peluang untuk dijadikan Pupuk Organik Cair (POC).Â
Untuk mencegah pembuangan limbah sembarangan, limbah perlu diolah kembali.
"Punya industri juga harus peduli lingkungan dan saling menguntungkan. Limbah bisa diolah jadi POC agar bernilai guna. Perajin tempe senang, petani juga bisa ikut senang, ini dapat menjadi giat gerakan zero waste" tutur Nurul.
Setelah itu, kelompok mahasiswa KKN melaksanakan proses pembuatan POC dan uji coba pada tanaman selama satu minggu. Hasil program pembuatan POC dari limbah tempe dilakukan edukasi ke pihak-pihak yang terkait.
"Ini merupakan kabar bahagia, kami telah uji coba POC ke tanaman kankung dan berhasil. Perajin tempe, perangkat desa, dan penyuluh pertanian Desa Mojoparon juga harus tahu agar bisa dikaji lebih lanjut," tutup Nurul.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI