W : "Harapan na dheri kegiatan nka napa?" (Harapannya dengan adanya kegiatan ini itu apa?)
N : "Eharapghi bisa a bhnto masyarakat dhis polan bennya se perre PMK" (Diharapkan bisa membantu masyarakat desa soalnya banyak yang terdampak PMK, jadi terbantulah)
W : "Dhing-ngding neng kanto bede rumor peternak sapena kanto tako e vaksin" (Dengar-dengar disini ada rumor ya mas, yang peternak sapi disini pada takut vaksin)
N :Â "Ta tao pastna, can reng-oreng mun sapen e vaksin degghi math, pola ta kuat" (Tidak tahu pastinya, katanya orang sih kalau sapinya divaksin nanti mati, mungkin sapinya tidak kuat)
W : "Mun dher dina kasehadhn bd vaksinasi ra-ker mas se endh apa enten?" (Kalau dari dinas ada vaksinasi kira-kira masnya mau apa nggak?)
N : "Ya mun ta bahaya ta panapa" (Ya kalau sekiranya tidak membahayakan ya gapapa)
W : "Mator sakalangkong, saporana a gngghu bhktona sampeyan" (Yaudah mas terima kasih, maaf mengganggu waktunya)
N : "Engghi mas sami, enten ta repot kok" (Iya mas sama-sama, tidak merepotkan kok)
Tak hanya melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai peternak sapi, kami juga mencontohkan cara penggunaan ecoenzyme. Takaran yang digunakan yakni sebanyak 1 ml ecoenzyme untuk 1 liter air.Â
Takaran tersebut disemprotkan pula pada beberapa bagian tubuh sapi serta kandangnya agar lebih steril. Untuk sapi yang sudah terkena wabah PMK disemprotkan sebanyak dua kali sehari. Sedangkan untuk pencegahan, disemprotkan sekali sehari. Adanya sosialisasi dan pemberian ecoenzyme kepada masyarakat secara langsung ini diharapkan dapat membantu mencegah dan meminimalisir dampak buruk dari PMK.