Mohon tunggu...
PENGABDIAN MASYARAKAT
PENGABDIAN MASYARAKAT Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Malang, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pelatihan Penulisan Sejarah Kesehatan bagi MGMP Sejarah Kota Malang

25 November 2021   09:01 Diperbarui: 25 November 2021   11:09 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 berdampak pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seluruh lembaga pendidikan di pelbagai tingkat satuan pendidikan, baik di tingkat pusat maupun daerah, memutuskan untuk mengalihkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini dilakukan dalam rangka pengurangan resiko penyebaran wabah.

Pelbagai kebijakan, seperti lockdown, karantina, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), termasuk pembelajaran jarak jauh dilakukan untuk mengurangi interaksi, sehingga penyebaran virus dapat ditekan. Di lingkungan pendidikan, acuan dari kebijakan ini adalah Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Nadiem Makarim Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) pada tanggal 24 Maret 2020. Bahwa "kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran".

Perubahan ini menuntut para guru untuk menyesuaikan diri dengan model-model pembelajaran jarak jauh atau daring. Semula, proses pembelajaran dilakukan dengan model tatap muka.

Sejak surat edaran tersebut dikeluarkan, proses belajar mengajar dilakukan dengan model pembelajaran jarak jauh. Jaringan internet dan ketercukupan piranti teknologi informasi dan komunikasi merupakan dua hal penting bagi keberlangsungan dan kelancaran pembelajaran jarak jauh. Bagi guru yang tinggal di wilayah pinggiran, model pembelajaran jarak jauh yang ideal dan sempurna sulit untuk diwujudkan. Namun, bagi guru di wilayah perkotaan atau pusat pemerintahan dan ekonomi, akses internet dan ketersediaan gawai tidak menjadi halangan. Kendala yang seringkali muncul di wilayah perkotaan atau pusat pemerintahan dan aktivitas ekonomi adalah kegagapan teknologi bagi guru generasi tua yang berimplikasi pada rendahnya kreativitas proses pembelajaran.

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Kota Malang adalah salah satu kelompok guru yang beruntung di masa pendemi ini. Kota Malang merupakan pusat aktivitas ekonomi dan pemerintahan terbesar di Jawa Timur, setelah Surabaya. Di masa pandemi, akses internet dan ketiadaan gawai tidak menjadi kendala. Namun, yang menjadi kendala adalah kesiapan tenaga guru memakai teknologi sebagai media pembelajaran jarak jauh serta kesempatan untuk mendapatkan upgrade ketrampilan PJJ. MGMP Sejarah SMA Kota Malang menjadi payung koordinasi guru sejarah se-kota madya Malang. Terdapat 67 SMA, baik negeri maupun swasta di Kota Malang. Sementara, jumlah SMK swasta dan negeri ada 49 sekolah.

Ini sesuai dengan penggambaran Kota Malang sebagai kota pendidikan. Bagi MGMP sejarah, jumlah tersebut merupakan potensi sekaligus tanggung jawab yang tidak mudah untuk ditunaikan. Semakin banyak karakter guru, karakter siswa, dan institusi yang beragam, dihadapi MGMP.

Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini disiplin ilmu sejarah, tidak berhenti di masa pandemi. Penelitian, penerbitan buku dan jurnal, diskusi-diskusi sejarah, serta kegiatan produksi dan diseminasi. Salah satunya adalah penelitian perihal wabah pes tahun 1910 di Malang. Endemi pes yang menyebar dari Rangoon ke Hindia Belanda ini mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang banyak, untuk ukuran saat itu. Bahkan, jejak sejarah salah satu pahlawan nasional Indonesia di afdeling Malang, yakni Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo terpatri di sini.

Sejarah yang penting ini berbanding terbalik dengan pengetahuan siswa Kota Malang tentang peristiwa ini. Berdasarkan survey yang diikuti oleh 191 peserta didik di Malang 81,2% tidak pernah mendengar apalagi tahu mengenai wabah pes di Malang. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah masih belum maksimalnya diseminasi pengetahuan perihal sejarah wabah pes di Malang. Sebab lain, karena inisiatif untuk mediskusikan hal ini masih terbatas di tingkat perguruan tinggi. Bisa juga karena hasil-hasil penelitian perihal wabah pes ini tidak diseminarkan di sekolah-sekolah.

Pengabdian tentang pelatihan MGMP Sejarah Kota Malang dalam pembuatan media pembelajaran berbasis kronik sejarah ini dimulai dalam beberapa langkah pelaksanaan. Pertama, peserta yang menjadi sasaran dari adanya pengabdian ini adalah guru MGMP Kota Malang. Sebagai langkah awal untuk memulai dan membuka koordinasi dengan para guru MGMP sejarah Kota Malang, tim pengabdian kemudian membuat wadah koordinasi melalui video conference menggunakan platform zoom meeting dan juga google meet serta membuat wadah koordinasi melalui WhatsApp Group. Hal ini dipilih, terutama karena aspek keselamatan dalam rangka kepatuhan pada protokol kesehatan.

Selain itu, platform video confrence dan WhatsApp Group lebih fleksibel dalam menjalin komunikasi sehingga tanpa mengurangi resiko keamanan di tengah kondisi pandemic covid 19, tetap bisa mempersiapkan pelaksanaan pengabdian ini.

Untuk video conference, setidak-tidaknya telah dilaksanakan sebanyak dua kali. Video conference yang pertama lebih fokus pada kegiatan menyampaikan Selayang pandang tentang pengabdian ini dan arah tujuan yang akan dicapai pasca pelaksanaan pengabdian. Selain itu, pada sesi video conferece yang pertama ini juga dilakukan pemaparan materi. Materi yang di maksud disini bisa terkait dengan konten sejarah wabah pes Malang 1910- 1916. Selain penyampaian materi dalam segi substansial (tentang wabah pes di Malang 1910-1916), juga disampaikan materi tentang pelatihan penyusunan media pembelajaran dalam hal ini infografis kronik sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun