Lumajang, 17 Juli 2024 -Â Program D'SUNTING (Desa Sukorejo Anti Stunting) merupakan program kerja mahasiswa KKN UMD Â UNEJ 248 untuk meminimalisir meningkatnya angka stunting di desa Sukorejo, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang. Â Survei door to door merupakan salah satu program kerja yang dilaksanakan mahasiswa KKN UMD UNEJ 248 sebagai langkah awal untuk mengetahui indikasi dan penyebab stunting di desa Sukorejo. Pada kegiatan ini mahasiswa melakukan koordinasi dengan Bidan Polindes Sukorejo yang dilanjutkan dengan koordinasi bersama ketua Kader Posyandu setiap dusun di desa Sukorejo, yakni dusun Genteng, dusun Tenggalek, dusun Karangpanas, dan dusun Gogosan.Â
Pada saat mahasiswa melakukan koordinasi, bidan Juwita mengatakan bahwa "Memang benar di desa Sukorejo permasalahan utamanya adalah stunting. Sebenarnya stunting di desa kami sempat mengalami penurunan akan tetapi belum lama ini mengalami pertambahan kembali angka kejadian stunting akibat pola asuh dan pemberian gizi yang kurang tepat."
Menurut ketua Kader dusun Genteng "Di dusun Genteng ini anak-anak yang terindikasi stunting diakibatkan karena pola asuh dan asupan gizi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh anak," ujar Bu Titin Kader Posyandu dusun Genteng.
"Di dusun Genteng ada keluarga yang ekonominya tergolong mampu (dapat dikatakan kaya), namun anaknya terindikasi stunting karena arahan dari posyandu tidak dijalankan dan kurang telatennya pola asuh orang tua, walaupun makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan gizi balita orang tuanya tetap membiarkan," imbuh Bu Titin.Â
Pelaksanaan survei door to door di dusun Genteng yang dilakukan (Rabu, 17 Juli 2024) yang didampingi oleh Bu Titin selaku ketua Kader Posyandu dusun Genteng untuk survei ke rumah balita yang terindikasi stunting.Â
"Pada saat survei ke salah satu keluarga yang memiliki balita terindikasi stunting, orang tua balita tersebut mengatakan bahwa pola makan anaknya tidak teratur dan memilih-milih makanan yang akan dikonsumsi," ujar Naja selaku Koordinator KKN Desa Sukorejo.Â
"Dari survei tersebut diperoleh kesimpulan bahwasanya orang tua balita yang terindikasi stunting kurang inovatif dalam mengolah makanan yang bergizi sehingga orang tua balita membiarkan anaknya makan sesuai keinginan anaknya (yang penting mau makan) walaupun yang dikonsumsi kurang bergizi," imbuh Naja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H