Desa Purwoasri yang merupakan desa dengan mayoritas masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, memiliki potensi yang luar biasa dalam menghasilkan berbagai produk hasil pertanian. Mulai dari padi, jagung, cabai, hingga jeruk. Namun, seperti yang dituliskan pada tulisan sebelumnya bahwasanya belakangan ini terjadi berbagai permasalahan di lahan petani di Desa Purwoasri. Salah satu masalah yang muncul adalah mengenai kelangkaan pupuk.
Pada umumnya pupuk yang menjadi dasar bagi petani untuk merawat dan menumbuh kembangkan hasil produk tani. Ketika produk pupuk yang dibutuhkan tidak dapat terpenuhi maka besar kemungkinan hasil panen menjadi semakin berkurang, bahkan cenderung mengalami gagal panen karena tidak dapat ternutrisi dengan baik. Sedangkan di sisi lain, ketersediaan pupuk yang kian dibutuhkan oleh masyarakat cenderung dibatasi jumlahnya oleh pihak yang memiliki otoritas.
KKN Kelompok 19 Universitas Jember Membangun Desa Periode Pertama tahun 2022/2023, melihat permasalahan tersebut sebagai sebuah keadaan yang membutuhkan jalan keluar. Penggunaan pupuk organik cair dirasa perlu dikembangkan agar masyarakat semakin tertarik, baik dari segi pembuatan hingga kualitas dari hasil pertanian dan kualitas tanah pertanian.
Penyuluhan ini menjadi sebuah kesempatan bagi mahasiswa KKN Kelompok 19 Universitas Jember untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat terkait pentingnya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas tanah dan hasil pertanian. Program penyuluhan dan praktek tersebut mengenai pengembangbiakan agen hayati mikroorganisme Trichoderma sp. serta pembuatan pupuk organik cair (POC) dengan tema “Penyuluhan dan Praktik Perbanyakan Agens Hayati Trichoderma sp. Serta Aplikasinya Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Pupuk Organik Cair”. Oleh karena itu, merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa bagi KKN Kelompok 19 desa Purwoasri untuk menjadi bagian dari program yang sangat mengesankan.
Pada program tersebut KKN Kelompok 19 Desa Purwoasri berkolaborasi dengan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Gumukmas dan ibu Musrifah untuk menjalankan program penyuluhan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyukseskan program tersebut, yaitu berdiskusi bersama 8 kelompok tani (Poktan), menyebar undangan penyuluhan, mengumpulkan alat dan bahan yang dibutuhkan, serta berdiskusi dengan dosen pembimbing lapang dan dosen pengabdian.
Dalam pembuatan pupuk organik cair, bahan yang dibutuhkan adalah air kelapa muda, air cucian beras, pepaya muda, EM4, terasi, aquades, isolat, trichoderma sp. dan tetes tebu. Apabila tidak memiliki Trichoderma sp., maka dapat digantikan dengan mol nasi atau EM4. Sedangkan alat yang dibutuhkan, yaitu galon bekas dengan tutup selang fermentasi, perekat, botol mineral bekas, aerator dan adukan kayu. Pupuk organik cair ini dapat digunakan setelah difermentasi atau didiamkan selama 13-14 hari. Cara penggunaan pupuk cair ini cukup sederhana, yaitu dengan rasio perbandingan 1 liter POC : 100 liter air pada sayuran dengan sistem kocor tanah interval 7 hari. Takaran tersebut dapat dinaikkan atau diturunkan mengikuti media tanam, jenis tanaman buah atau sayur, dan musim saat budidaya.
Praktik pembuatan pupuk organik cair ini diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan oleh para petani untuk menggantikan pupuk kimia yang jumlahnya terbatas. Selain itu pupuk organik juga memiliki efek jangka panjang yang baik untuk kesuburan tanah dan meningkatkan kualitas hasil pertanian di Desa Purwoasri. Penggunaan pupuk organik cair akan lebih menguntungkan petani karena harga pupuk yang relatif murah dan kuantitas hasil panen semakin besar.