Pasuruan, 23 Agustus 2024
10.00 WIB-Selesai
KKN Kel 07 Kelurahan Tambaan- Universitas PGRI Wiranegara
Masalah sampah plastik telah menjadi isu global yang semakin mendesak, termasuk di Indonesia. Kota Pasuruan, khususnya Kelurahan Tambaan, juga tidak luput dari permasalahan ini. Tim KKN Kel 07 Universitas PGRI Wiranegara melihat potensi besar dalam mengatasi permasalahan sampah plastik ini melalui inovasi pengolahan sampah plastik menjadi BBM. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi volume sampah plastik, serta menghasilkan energi alternatif yang bernilai ekonomis.
Mengatakan bahwa "Banyaknya sampah plastik di wilayah pesisir Kota Pasuruan memantik ide kreatif sejumlah pemuda di Kelurahan Tambakan, Kecamatan Panggungrejo. Olehnya, sampah-sampah anorganik itu diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Seperti premium, hingga solar. Nouvel Zabidi (22), salah satu pemuda setempat mengatakan, gagasan untuk mengolah sampah plastik jadi BBM itu berawal dari keprihatinannya atas banyaknya sampah plastik yang tak terolah. “Banyak sampah plastik yang dibuang sekenanya. Karena lama tidak terurai, akhirnya menumpuk dan mengotori lingkungan,” katanya kepada media ini, pekan lalu. Dari sana, ia dan beberapa rekannya kemudian berinisiatif untuk memanfaatkannya. Sampah-sampah plastik itu di ambil dari sekitar, sampah plastik itu juga ia peroleh dari kerja bakti membersihkan sampah di pesisir pantai utara Kota Pasuruan. Dalam sehari, sampah yang dikumpulkan bisa mencapai 5-10 kilogram.
Mahasiswa KKN Kelompok 07 telah menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, dengan bekerja sama dengan Karang Taruna Kelurahan Tambaan di bawah kepemimpinan Nouvel Zabidi, mahasiswa mengumpulkan sampah plastik dari lingkungan sekitar dan melakukan kerja bakti membersihkan sampah di tepi pesisir pantai utara Tambaan Kota Pasuruan.
Nouvel menjelaskan bahwa sebelum diolah menjadi BBM, sampah plastik akan melalui proses pemilahan untuk memilah plastik yang masih layak digunakan. Plastik yang lolos seleksi kemudian dijemur selama sekitar seminggu agar kandungan airnya berkurang. Untuk menghasilkan BBM seperti solar, premium, dan minyak tanah, dibutuhkan minimal 30 kilogram sampah plastik. Dari jumlah tersebut, dapat dihasilkan sekitar 7 liter BBM. Muhamad Bustanul Ulum menambahkan bahwa proses pengolahan ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Proses destilasi sampah plastik selama 4-5 jam menghasilkan sekitar 7 liter bahan bakar minyak yang menetes melalui pipa dan tertampung dalam wadah di bawah destilator. Menurut Ulum, proses ini hanya membutuhkan tenaga dua orang operator. Mesin destilator yang mereka gunakan mampu menghasilkan tiga jenis bahan bakar sekaligus, yaitu solar, premium, dan minyak tanah.
Agar mendapatkan kualitas premium yang lebih baik, hasil olahan sampah plastik disaring menggunakan kapas dan ditambahkan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran. Bahan bakar yang dihasilkan sudah dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti untuk kendaraan bermotor dan memasak. Mereka berencana untuk memperluas penggunaan bahan bakar ini dengan memasok kebutuhan solar untuk perahu nelayan.
Kolaborasi antara mahasiswa KKN Kelompok 07, Karang Taruna Kelurahan Tambaan, dan masyarakat setempat merupakan kunci keberhasilan proyek ini. Keberhasilan ini membuktikan bahwa dengan bekerja sama, kita dapat mengatasi tantangan lingkungan yang kompleks. Semoga semangat kolaborasi ini dapat terus terjaga dan menginspirasi berbagai pihak untuk bersatu padu dalam menjaga lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H