Peran mahasiswa dalam pencegahan stunting masih terus berlanjut pada minggu keempat pelaksanaan KKN Kolaboratif Jember periode kedua. Sosialisai kedua dalam pencegahan stunting serta edukasi terkait MP-ASI terhadap ibu, bayi dan balita dilaksanakan di rumah warga (Bapak H. Dowi) yang terletak di Karangjati, dusun Krajan, desa Darungan, kecamatan Tanggul pada Kamis (10/9/2023) dengan membawa contoh sampel MP-ASI yang dibuat langsung oleh para mahasiswa KKN Kolaborasi 135 dengan bahan dasar yang sama yaitu pisang, telur, susu dan roti.
Sosialisasi ini didukung oleh para kader serta tenaga kesehatan setempat untuk memberi pemahaman kepada warga sekitar betapa pentingnya pemenuhan gizi untuk para ibu serta pemberian MP-ASI pada bayi berusia 6-24 bulan. Selain sosialisasi, bantuan dari pemerintah datang pada hari Jumat (11/9/2023) berupa makanan pokok ayam serta telur yang langsung disalurkan pada warga dusun Krajan, dusun Sumber Bulus, dusun Jumbatan serta dusun Gondang.Â
Pembagian bantuan tersebut berlangsung di balai desa yang langsung diawasi oleh perangkat desa dan aparat setempat serta mahasiswa KKN Kolaborasi 135 yang turut membantu dalam pembagian bantuan tersebut.
Dengan datangnya bantuan tersebut menandakan kepedulian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat terutama dalam pencegahan stunting. Di hari yang sama pada Kamis (10/9/2023) terdapat laporan terbaru mengenai kesehatan Ibu dan Bayi yang bersangkutan mengenai AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) yang hasilnya dilaporkan pada rapat koordinasi sekecamatan tanggul bahwa terdapat ibu hamil berusia 39 tahun (Ibu Y) yang sedang mengandung anak ke-5 (usia kehamilan 39-40 minggu ) melalui keterangan USG dari RS dengan catatan berat bayi dalam kandungan sekitar 3,5 kg.
Kunjungan ini dilakukan bersama lintas sektor yaitu sekretaris camat (Sekcam), bapak Suwardi dari Babinsa (bintara pembina desa), bapak Kurnia dari Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat), Kepala Puskemas, dokter, bidan wilayah (ibu Nastiti) serta tokoh masyarakat. Ibu tersebut dirujuk ke Rumah Sakit terdekat namun tetap menolak dengan alasan dari keluarga merasa belum waktunya untuk melahirkan meskipun kondisi ibu tersebut memiliki riwayat hipertensi.
Pihak keluarga menandatangani penolakan dan tetap dianjurkan periksa bila sewaktu-waktu berubah pikiran bidan wilayah bersedia mengantar ke Rumah Sakit.
Ditulis dan disusun oleh:
Melik T. Dikari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H