Semakin berkambangnya teknologi industri, tidak membuat eksistensi sarung tenun tergusur. Sebagai salah satu contoh desa pengerajin sarung tenun yaitu Desa Jogodalu.
Sebagian besar wilayah Desa Jogodalu terdiri dari lahan pertanian yang subur, sehingga mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani padi dan sebagian lainnya bekerja di industri. Walaupun dengan kondisi alam tersebut, tidak dipungkiri bahwanya Desa Jogodalu memiliki banyak seniman tenun yang masih konsisten untuk memproduksi sarung tenun.
Tak tampak seperti industri tekstil lainnya yang terdengar suara deru mesin nyaring, proses pembuatan kain di Desa Jogodalu sangatlah sepi, hanya terdengan suara kayu yang bertabrakan.
Seniman tenun Desa Jogodalu umunya memproduksi sarung tenun dengan alat tenun tradisional yang terbuat dari kayu dan bantuan roda sepeda bekas yang digunakan untuk mempintal benang.
Produksi sarung tenun di Desa Jogodalu umumnya dilakukan di perkarangan rumah masing - masing sehingga untuk mengetahui proses pembuatannya terbilang cukup susah. Setelah selesai, produk akan diserahkan ke Produsen masing – masing. Desa Jogodalu telah memiliki sebuah gudang tenun yang digunakan sebagai tempat produksi oleh beberapa seniman Jogodalu.
Industri ini menjadi salah satu sumber penghasilan utama bagi masyarakat desa yang terlibat dalam proses produksinya. Namun, meskipun memiliki potensi yang besar, industri tenun Desa ini masih banyak kekurangan dalam hal pemasaran dan branding produknya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan adanya upaya untuk mengembangkan konten yang menarik dan informatif untuk industri tenun desa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui program dari Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Internasional Semen Indonesia.
KKN merupakan kegiatan mahasiswa yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Dalam konteks industri tenun Desa Jogodalu, mahasiswa KKN dapat membantu dalam membuat konten yang dapat memperkenalkan produk tenun desa kepada masyarakat luas. Terutama dalam digitalisasi konten Google Maps
Oleh karena itu, bagi kalian yang merasa kepo dengan bagaimana proses produksi sarung tenun bisa mengunjungi Gudang Tenun Ibu Khoiruniswatin yang telah tersedia alamatnya di Goggle Maps.
Selain Gudang miliki Ibu Khoiruniswatin, kalian juga bisa mengunjungi rumah produksi tenun milik Bapak H. Luqman yang telah tersedia alamatnya di Goggle Maps.
Pada rumah produksi tenun milik Bapak H.Luqman, kalian dapat melihat proses pembuatan sarung tenun mulai dari pewarnaan benang, memintal benang, desain motif kain, hingga proses penenunannya. Rumah yang dihuni oleh keluarga H. Luqman ini ternyata telah menjadi tempat usaha turun menurun keluarga. “Usaha ini dulu milih abah saya, sekarang saya teruskan dan adik saya 5 tahun belakangan ini juga ikut bergelut ke dunia tenun” ujar H. Luqman.
Di rumah produksi sarung tenun itu, Bapak H. Luqman dengan serius memantau setia pekerja dalam merangkai dan mendessain motif sarung dari sehelai-helai benang. Terihat terdapat 3 kuala besi yang bekerja cepat dibawah kendali tangan bapak-bapak untuk melakukan proses pewarnaan. Termasuk sejumlah pekerja lainnya yang sedang sibuk memilah, memberikan warna, hingga merangkai benang untuk menjadi sebuah kain tenun.
Semua tahapan yang dilakukan untuk menjadi sebuah sarung dilakukan secara manual atau dengan menggunakan tangan. Akan tetapi, untuk tahap penyatuan kain hingga menjadi sarung menggunakan bantuan alat jait listirk.
Dengan persaingan industri tekstil yang terus meningkat, tidak membuat H.Luqman berpatah semangat. Justru dengan proses tenun manual, beliau mampu menawarkan harga lebih mahal dari sarung produks pabrik. Baginya, kualitas dan konsistensi menjadi kunci utama pada produksi sarung tenunnya masih dinikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H