Mohon tunggu...
kkn111ngloro
kkn111ngloro Mohon Tunggu... Editor - Kuliah Kerja Nyata UIN SUNAN KALIJAGA

kkn111ngloro sukses dan berkelanjutan

Selanjutnya

Tutup

Seni

Ketuk Bambu Apaan Sih?

18 Agustus 2023   09:43 Diperbarui: 18 Agustus 2023   09:45 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo semuaaa yuk kenalan dulu sama kesenian yang terbilang unik dan menarik ini,apalagi kalau bukan kesenian ketuk bambu yang ada di desa ngloro kecamatan saptosari kabupaten gunungkidul.

Yuk disimak artikel dibawah ini yaaa

Selamat Membaca

PERKEMBANGAN TRADISI KETUK BAMBU DI PADUKUHAN NGLORO, SAPTOSARI, GUNUNGKIDUL

Indonesia merupakan negara yang memiliki kebudayaan yang beragam. Keberagaman tersebut tersebar di berbagai daerah di Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Jadi dapat dikatakan hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaannya tersendiri. Hal ini berlaku juga di salah satu daerah yang terletak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terkenal dengan keelokan pantainya yaitu Kabupaten Gunungkidul.  

Gunungkidul memiliki sebuah kesenian yang dapat dikatakan belum terlalu populer di kalangan masyarakat Indonesia. Kesenian tersebut adalah sanggar seni ketuk bambu guyub rukun. Kesenian ini berasal dari Dukuh Mendak, Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul. Kesenian ini merupakah salah satu kesenian dengan perpaduan suara gamelan, penyanyi sinden, serta penari yang membuat pagelaran seni ini terlihat apik dan berwibawa saat didengar dan dilihat.

Sejarah ketuk bambu sendiri pada dasarnya masih berkaitan dengan suatu kesenian yang bernama ledek gogek. Dimana kesenian ini menceritakan dua orang wanita kaka beradik yang bernama Sumrih sang adik dan Kasem sang kakak dengan seorang laki-laki bernama Umar Moyo. Dalam bahasa jawa sumrih memiliki arti Sumrarih dan Kasem memiliki arti kasembadan.

Secara singkat, kesenian ini menceritakan mengenai kisah cinta segitiga antara Sumrih, Kasem dan Umar Moyo. Dimana diceritakan Sumrih dan Umar moyo memiliki perasaan saling suka namun Kasem ternyata memiliki ketertarikan terhadap Umar moyo. Kasem yang  yang mengetahui bahwa sang adik dan Umar moyo saling mencintai satu sama lain, mencoba untuk merayu umar moyo dengan cara memainkan alat musik ketuk bambu diiringi dengan tarian yang anggun dan tembang yang indah.

Kesenian ketuk bambu semakin berkembang setelah diperkenalkan oleh beberapa seniman dari padukuhan mendag kanigoro dan beberapa kali diundang untuk tampil di berbagai instansi daerah maupun nasional. Biasanya kesenian ini dibawakan oleh dua orang penari wanita diiringi dengan tembang yang dibuat oleh seniman yang dipadukan dengan berbagai alat musik bambu dan gamelan seperti kendang, kenong, dan saron.

Kesenian ini memiliki kemiripan dengan kesenian lain seperti toklek dan karawitan. Adapun perbedaan kesenian ketuk bambu dengan karawitan terletak pada alat musik dan tembangnya. Alat musik yang digunakan dalam kesenian karawitan hanya terdiri dari gamelan sementara pada kesenian ketuk bambu adanya perpaduan antara alat musik bambu dan gamelan. Sementara perbedaan lain antara kedua kesenian ini adalah irama dan penyanyinya. Irama yang digunakan dalam kesenian karawitan ada temponya tersendiri dan penyanyinya terdiri dari dua orang, sementara pada kesenian ketuk bambu dibebaskan tempo irama dan jumlah penyanyinya.

Perkembangan ketuk bambu di padukuhan ngloro sendiri dimulai pada sekitar tahun 2015 setelah salah satu seniman memperkenalkan kesenian ini kepada masyarakat setempat. Hingga kini kesenian ini masih sering ditampilkan setiap satu bulan sekali. Meskipun kesenian ini belum dikenal oleh sebagian besar masyarakat Yogyakarta, namun kesenian ini memiliki karakteristiknya tersendiri yang membuat kesenian ini layak untuk dilestarikan dan dipopulerkan kepada masyarakat luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun