Kompasiana.com, Bondowoso - Mahasiswa KKN 010 UNEJ menggelar sosialisasi mengenai cara pengolahan limbah padi dan tebu yang diselenggarakan di Balai Desa Suling Wetan, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso yang dihadiri oleh perangkat desa dan  kelompok tani, Kamis (20/7/2023) pagi.
Permasalahan limbah masih menjadi fenomena di kalangan masyarakat hingga saat ini, khususnya pada masyarakat pedesaan. Limbah tersebut dihasilkan dari sisa akhir tanaman pertanian yang sudah tidak terpakai. Desa Suling Wetan, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu desa yang sebagian besar wilayahnya adalah lahan pertanian. Peningkatan produksi padi dan tebu membuat limbah yang dihasilkan semakin berlimpah. Hampir seluruh limbah pertanian yang dihasilkan dibuang begitu saja tanpa adanya pengolahan dan pemanfaatan.
Â
Mahasiswa KKN 010 UNEJ yang ditempatkan di Desa Suling Wetan, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso yang beranggotakan 9 orang mengadakan sosialisasi untuk mengenalkan inovasi baru cara mengolah limbah padi dan tebu menjadi olahan yang lebih bermanfaat dan menghasilkan. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh beberapa perangkat desa dan para petani. Sosialisasi berlangsung di Balai Desa Suling Wetan pada hari Kamis, 20 Juli 2023, pukul 9.45 pagi.
Â
"Ya Alhamdulillah, saya sebagai kepala desa sangat senang sekali untuk kedatangannya teman-teman adik-adik KKN yang telah memberikan program pupuk di desa Suling Wetan mudah-mudahan apa yang kita rencanakan dengan warga masyarakat ke depan supaya desa Suling Wetan ini berkembang dan bermanfaat bagi warga kita yang ada di Suling Wetan ini...." ujar Kepala Desa Suling Wetan, Ach. Khalil, Kamis (20/7/2023).
Â
Dalam sosialisasi tersebut memaparkan bagaimana cara mengolah limbah pertanian. Olahan limbah tersebut berbentuk arang briket dan pupuk silika cair. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi limbah dari hasil pertanian yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Â
Briket didefinisikan sebagai bahan bakar berwarna hitam bertekstur padat seperti arang yang terbuat dari campuran abu limbah padi dan tebu dengan larutan tepung tapioka. Briket ini berbeda dengan arang pada umumnya, briket memiliki panas yang tinggi dan waktu pembakaran yang lama.
Â
Pembuatan briket ini hampir sama dengan pembuatan pupuk silika cair, bedanya terdapat pada bahan larutannya. Arang briket memakai tepung tapioka sedangkan pupuk silika cair menggunakan detergen, sabun, atau bahan yang mengandung basa lainnya. Pupuk silika cair dibuat menjadi dua versi, versi disaring dan tanpa disaring. Silika berperan penting dalam pertumbuhan tanaman dan dapat memperkokoh tanaman.
Â
Pengolahan limbah pertanian ini merupakan langkah yang positif untuk mendukung pertanian berkelanjutan, mengurangi pencemaran lingkungan, dan menciptakan nilai tambah dan nilai jual dari limbah pertanian yang sebelumnya hanya dianggap sebagai sisa yang tidak bermanfaat.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H