Mohon tunggu...
KELOMPOK 75 KKNDR
KELOMPOK 75 KKNDR Mohon Tunggu... Editor - Akun Resmi Kelompok 75 KKN-DR UIN SU 2020

Assalamualaikum sahabat. Ini adalah akun resmi Kelompok 75 KKN-DR UINSU. Dengan dosen DPL Bapak Syarbaini Shaleh S.Sos, M.Si. Semoga apa yang kami sajikan membawa manfaat untuk kalian semua. Selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manusia Merana karena Corona

6 Agustus 2020   17:47 Diperbarui: 6 Agustus 2020   17:46 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: freepik.com

Virus corona (CoV) adalah keluarga besar virus yang dapat menginfeksi burung dan mamalia, termasuk manusia. SARS coronavirus (SARS-CoV) adalah virus yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003. SARS-CoV dianggap sebagai virus yang dibawa dari hewan yang diduga kelelawar dan menyebar ke hewan lain (luwak) serta manusia. Baru-baru ini, virus corona baru muncul dan dikenal sebagai COVID-19 memicu warga di Cina pada Desember 2019, dan merebak di berbagai negara termasuk Indonesia, sehingga WHO mendeklarasikannya sebagai pandemi global.

Dampak yang ditimbulkan oleh virus corona menyebabkan banyak kepanikan pada berbagai kalangan. Seseorang yang telah terkena virus tersebut akan jatuh sakit yang tidak dapat langsung terdeteksi, karena untuk mengetahuinya harus melakukan beberapa tes. Kemudian virus corona tersebut juga penularannya sangat mudah, dan bahkan bagi yang terkena dampak dari virus corona akan dapat sampai menyebabkan kematian.

Gejala umum yang ditunjukkan berupa gangguan saluran pernapasan akut baik ringan maupun berat yang meliputi demam, batuk, sesak nafas, kelelahan, pilek, nyeri tenggorokan dan diare. Semakin mudahnya penyebaran virus corona tersebut, rata-rata orang yang terdampak virus corona sampai puluhan ribu bahkan lebih, sehingga hal ini dapat membuktikan bahwa mudahnya penyebaran virus corona tersebut.

Cara pemerintah cegah penyebaran virus Corona ini yaitu dengan menerapkan social distance. Presiden Jokowi Dodo memberikan instruksi kepada masyarakat untuk segera menerapkan social distance atau menjaga jarak social. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19 tersebut.

Social distance atau jaga jarak social sangat memungkinkan untuk di adaptasi oleh masyarakat Indonesia yang biasanya gemar untuk melakukan sosialisasi antara satu sama lain. Bagi sebagaian masyarakat menyakini bahwa jaga jarak social merupakan langkah yang tepat untuk menghadapi pandemic covid-19 dbandingkan dengan karantina wilayah.

Saat COVID-19 mulai menyebar di lingkungan sekitar, pemerintah memberikan himbauan terkait penggunaan transportasi publik atau bepergian ke tempat ramai. Himbauan agar senantiasa mencuci tangan usai beraktivitas di luar ruangan ini senantiasa ditekankan. Menjaga kebersihan memang perlu agar tubuh terhindar dari bahaya virus. Dan bukan hanya itu, semenjak adanya Covid-19 semua warga Indonesia wajib menggunakan masker jika hendak keluar dari rumah.

Korban akibat wabah COVID-19, tidak hanya pendidikan di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, tetapi juga Perguruan Tinggi.

Seluruh jenjang pendidikan dari sekolah dasar/ ibtidaiyah sampai Perguruan Tinggi (Universitas) baik yang berada dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI maupun yang berada dibawah Kementerian Agama RI semuanya memperoleh dampak negatif karena pelajar, siswa dan mahasiswa "dipaksa" belajar dari rumah karena pembelajaran tatap muka ditiadakan untuk mencegah penularan COVID-19. Padahal tidak semua pelajar, siswa dan mahasiswa terbiasa belajar melalui Online. Apalagi guru dan dosen masih banyak belum mahir mengajar dengan menggunakan teknologi internet.

Semenjak pembelajaran daring, banyak kerugian mendasar yang di dapat bagi siswa dan mahasiswa. Beberapa keahlian tertentu yang dimiliki oleh siswa dan mahasiswa menjadi berkurang, bahkan banyak diantaranya siswa Sekolah Dasar (SD) yang tidak tahu membaca akibat dari belajar daring tersebut. Dan jika dilihat dari kalangan mahasiswa juga banyak yang mengeluh.

Akibat pembelajaran yang dilakukan secara daring, harus memerlukan kuota yang banyak, serta beberapa mahasiswa yang lain menganggap tidak peduli dengan jam kuliahnya. Banyak diantaranya hanya menuliskan absen namanya saja, dan ketika pembelajaran dimulai ia tidak menyimak apa yang disampaikan oleh Dosen. Sistem pembelajaran yang seperti ini jika diberlakukan terus menurus akan membuat generasi bangsa semakin bodoh dan hancur.

Lulusan universitas ataupun pendidikan menengah yang mencari pekerjaan tahun ini mengalami gangguan yang hebat karena pandemi Covid-19. Para mahasiswa maupun siswa yang tahun ini lulus mengalami gangguan pengajaran di bagian akhir studi mereka. Dampak langsung yang dialami oleh mereka adalah gangguan utama dalam penilaian akhir yang mestinya mereka dapatkan. Namun dengan kondisi apapun mereka tetap lulus dalam kondisi resesi global yang memilukan ini. Kondisi pasar kerja yang cenderung sulit merupakan kendala baru bagi lulusan.

Persaingan dipasar kerja sangat "gaduh" dan berhimpit dengan para pekerja yang juga sudah mengalami Putus Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaan dimana mereka bekerja. Adapun jika mereka sebagai lulusan baru Universitas maka mereka mau tidak mau akan menerima upah lebih rendah dan mereka akan mempunyai efek dalam persaingan. Lulusan universitas yang awalnya memprediksi dirinya akan mendapatkan pekerjaan dan upah yang memadai akan tetapi kenyataan di Indonesia disebabkan karena COVID-19 mengakibatkan mereka harus berpikir ulang tentang pendidikan yang ditempuh dan mendapatkan upah yang diharapkan.

Jika dilirik dari segi ekonomi telah mengakibatkan kerugian ekonomi secara nasional yang mempengaruhi APBN. Sektor bisnis yang paling terpukul adalah yang mengandalkan  keramaian (seperti pariwisata, event atau pertunjukan, pameran, mall); lalu bisnis pendukungnya (seperti transportasi massal, ticketing, hotel, perdagangan musiman/souvenir, dan lain-lain); bisnis yang tidak dapat menerapkan physical/social distancing (seperti salon, pangkas rambut, ojek, permainan anak-anak, hingga jasa pembersihan rumah); bisnis produk tersier yang penjualannya tergantung pada dana tabungan masyarakat (seperti properti, kendaraan pribadi, perawatan tubuh, dan lain-lain) serta bisnis pendukungnya seperti leasing dan lembaga pemberi kredit lainnya.

Hal ini merupakan masalah besar sepanjang sejarah. Kehidupan yang semakin sulit membuat banyak warga resah dan merana. Beberapa diantaranya di PHK sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Warga Indonesia yang sudah terbiasa beraktivitas di luar rumah, sekarang harus menerapkan konsep di rumah saja. Oleh karena itu, marilah sama-sama mencegah dan menghentikan penularan Covid-19 mulai dari diri sendiri yang membiasaan hidup bersih serta menerapkan protokol kesehatan, agar kehidupan kembali normal seperti sediakala.

Penulis:

  • Siti Hapsah Siahaan 
  • Reni Indriani Panjaitan
  • Mutiah Khairani Lubis
  • Riyanda Fani
  • Muhammad Zaid Anshari Nasution

Editor: Lailatul Husna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun