Mohon tunggu...
Banjararum54
Banjararum54 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Program KKM UIN Malang

Program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2022-2023

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Pengrajin Shuttlecock Banjararum Ikut Andil dalam Meningkatkan Umkm Kabupaten Malang

30 Desember 2022   23:33 Diperbarui: 30 Desember 2022   23:47 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten Malang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur di wilayah Indonesia.Kecamatan Singosari merupakan salah satu dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang.
Dari segi administratif Wilayah Kecamatan Singosari terbagi dari 3 kelurahan dan 14 Desa. Salah satunya, Desa Banjararum.

Kabupaten Malang memiliki bermacam-macam pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.

Meningkat atau menurunnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya keterlibatan UMKM. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 4, UMKM merupakan bagian dari perekonomian nasional yang berwawasan kemandirian dan memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. UMKM memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara.

Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada, serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi.

Tingginya jumlah UMKM di Indonesia tidak terlepas dari berbagai tantangan serta kondisi pandemi Covid-19 yang mendorong perubahan pada pola konsumsi barang dan jasa menjadi momentum untuk mengakselerasi transformasi digital.

Berbagai bidang UMKM dikembangkan di wilayah Dusun Tanjung Desa Banjararum, salah satunya pengrajin shuttlecock rumahan.

Selasa, 27 Desember 2022 (27/12/2022) Anggota Kelompok KKM 54 UIN Malang berkesempatan untuk berkunjung dan mewawancarai salah satu pengrajin shuttlecock tepatnya di Desa Banjararum ini.

Seperti halnya ibu Mutmainah, sebagai ibu rumah tangga beliau mempunyai keinginan untuk memanfaatkan waktu luang dirumah sebagai pengrajin shuttlecock disamping beliau mengurus anak-anaknya.

Berawal dari ajakan teman sebayanya ketika mengantarkan anaknya pergi ke sekolah TK sampailah detik ini beliau masih berperan sebagai salah satu pengrajin shuttlecock. Terhitung sudah 4 tahun lamanya beliau mendalami bidang ini. Awal mula belajar sebagai pengrajin shuttlecock, beliau hanya mampu menyelesaikan pekerjaannya sebanyak 3 slop shuttlecock selama 4 hari dan masih belum sempurna.

Selama pandemi covid19 beliau menyayangkan adanya penurunan produksi shuttlecock sebab sulitnya mendapatkan bulu ayam karena faktor perijinan dan pengecekan yang sangat sulit untuk predikat lulusnya kualitas bulu ayam yang ada di pasaran. Hal ini juga berdampak pada harga beli bulu ayam yang tinggi.

Sebagai buruh pengrajin shuttlecock beliau diberikan upah sebesar 1.500 rupiah/1 slop shuttlecock.

"Saya tidak pernah ditarget untuk dapat menyelesaikan pekerjaan saya sebagai pengrajin shuttlecock rumahan, jika dulunya saya hanya mampu menyelesaikan 3 slop shuttlecock dalam kurun waktu 4 hari, kini saya mampu untuk menyelesaikan 50-60 slop shuttlecock/hari. Jika anak saya sedang rewel maka saya hanya mampu menyelesaikan sebanyak 30-40 slop shuttlecock/harinya" Ujar beliau.

Setelah beliau menyelesaikan pekerjaannya, beliau akan menyetorkannya kepada pihak pabrik untuk di lakukan proses pemeriksaan, pengukuran, pengujian, dan pemastikan produk yang dibuat sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan.

img-20221227-wa0005-63af123d0788a31dc83d6882.jpg
img-20221227-wa0005-63af123d0788a31dc83d6882.jpg
"Saya pernah melihat ketika sedang menyetorkan hasil pekerjaan saya kepada pihak pabrik, bahwa shuttlecock ini nantinya akan di uji 1 per satu secara bergiliran, apabila tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan maka shuttlecock akan langsung dilakukan peninjauan ulang perihal penyebab ketidaksesuaian bentuk maupun ukuran shuttlecock" Ujar beliau.

Sebagai pengrajin beliau difasilitasi oleh pihak pabrik terkait alat yang digunakan  untuk melakukan pekerjaan sehari-harinya dirumah. Beliau hanya membutuhkan 4 alat untuk melakukan pekerjaannya yakni alat mesin jahit khusus shuttlecock, gunting, jarum jahit shuttlecock, dan benang jahit shuttlecock.

Kami dari anggota kelompok KKM 54 juga berkesempatan untuk mencoba menjahit shuttlecock dengan dibantu dan dipantau oleh beliau secara langsung, meskipun hasilnya masih kurang memuaskan. 

Beliau juga berpesan untuk para generasi muda agar nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan untuk banyak orang di sekitarnya juga dalam rangka mensupport pelaku usaha UMKM agar meningkatkan perekonomian di wilayah Indonesia.

Dengan demikian, UMKM produksi shuttlecock di Desa Banjararum telah memberikan banyak manfaat khususnya bagi masyarakat sekitar, yang secara tidak langsung telah merangkul serta memberikan pekerjaan bagi masyarakat yang membutuhkan di sekitar daerah tersebut.

Besar harapan kami terhadap pelaku usaha UMKM di Desa Banjararum agar terus berkembang pesat sampai ke tahap Internasional. Dengan hal ini juga agar dapat memotivasi bagi generasi muda untuk meningkatkan kreatifitas dibidang bisnis tepatnya UMKM di daerah tempat tinggal masing-masing juga sebagai salah satu upaya untuk memajukan desa melalui produk-produk UMKM yang berkualitas.

Penulis : Malich Septi Diajeng Briliana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun