Fauna berikutnya yang cukup mendominasi adalah jenis kepiting yaitu kepiting panjat dan kepiting biola. Dari pengamatan yang dilakukan, jenis kepiting panjat lebih banyak teramati dibandingkan dengan kepiting biola. Kepiting sendiri dikatakan sebagai spesies kunci di ekosistem mangrove karena aktivitas mereka sebagai deposit feeder (pemakan detritus organik di lumpur). Selain itu, aktivitas membuat sarangnya dapat meningkatkan aerasi tanah dan membantu recycle lumpur mangrove sehingga dapat meningkatkan kesuburan mangrove.
Fauna dari kelompok crustacea yang ditemukan selain kepiting yaitu kelomang darat dan air, namun dengan jumlah yang tidak begitu banyak. Kelompok ini memiliki peran penting untuk menjaga siklus rantai makanan yang terjadi di mangrove, sehingga apabila populasinya berkurang akan memengaruhi keseimbangan ekosistem.
Fauna berikutnya yang teramati dalam jumlah melimpah adalah kelompok moluska seperti siput susuh dan siput nenek. Moluska merupakan salah satu kelompok fauna yang menghuni ekosistem mangrove turut berperan dalam menentukan produktivitas hutan mangrove yaitu sebagai penyimpan karbon. Dengan adanya beberapa fauna yang berperan penting dalam hutan mangrove, dapat dikatakan bahwa Hutan Mangrove Batu Karas masih dalam kategori sehat.
“Hewan-hewan yang sering ditemukan di sini (Mangrove Batukaras) ada kepiting, kelomang, ikan glodok, burung bangau juga ada. Kalau kepiting bakau, saya belum pernah ketemu” ujar Pak Bambang, Selasa (14/11), selaku pemandu lapangan hutan mangrove.
Aliran Muara Sungai Cagar Alam Pangandaran