Kabupaten Pangandaran ternyata tak hanya memiliki hamparan pantai yang luas juga memiliki ekosistem Mangrove yang tak kalah indah. Salah satunya adalah Hutan Mangrove Batu Karas. Pesona keindahan Hutan Mangrove Batu Karas ternyata tak hanya dinikmati sebagai tempat wisata tetapi juga membantu meredam tsunami. Hutan Mangrove Batu Karas ditumbuhi oleh species mangrove seperti Nipah (Nypa fruticans), Kijingkang (Rhizopora apiculata), Pedada (Sonneratia alba), dan Api-api (Avicennia alba).Â
Selasa, 14 November 2023, mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Pangandaran, Jawa Barat. Kegiatan KKL dilaksanakan selama dua hari dan berlokasi di dua tempat berbeda, yakni di  Hutan Mangrove Batu Karas dekat aliran muara Sungai Bojong Salawe dan aliran muara Sungai Hutan Cagar Alam Pangandaran.Â
Hutan Mangrove Batu KarasÂ
Hari pertama, kegiatan observasi  dilakukan di Hutan Mangrove Batu Karas yang berada di Sanghyangkalang, Desa Batukaras, Kec. Cijulang, Kab. Pangandaran, Jawa Barat. Lokasi tersebut tidak jauh dari lokasi tsunami 17 tahun silam. Selama kegiatan observasi, setiap kelompok mahasiswa didampingi oleh 1 dosen pembimbing dan 1 pemandu lapangan. Dosen pembimbing yang mendampingi kelompok ini ialah Bapak Muhammad Imam Fatkhurohman dan Bapak Bambang (Mr. Beng) sebagai pemandu lapangan.
Hutan Mangrove atau bakau memiliki peran penting bagi kehidupan, di antaranya sebagai penahan arus air laut sehingga mencegah terjadinya erosi termasuk juga sebagai pemecah ombak ketika terjadi tsunami. Hal tersebut disebabkan karena mangrove memiliki karakteristik akar yang unik yaitu akar tunjang yang berfungsi untuk menahan pohon agar tetap tegak berdiri dengan kondisi substrat berlumpur yang tidak stabil. Selain akar tunjang, pohon mangrove juga memiliki akar nafas yang berfungsi membantu proses penyerapan udara.Â
Manfaat lain hutan mangrove sebagai penghasil oksigen dan penyerap karbon dioksida, serta tempat hidup berbagai macam fauna. Kesehatan mangrove dapat dilihat dari biodiversitas beberapa satwa khas mangrove yang hidup di dalamnya. Beberapa fauna khas yang dapat kita temukan di Hutan Mangrove Batu Karas diantaranya ikan glodok, kepiting biola, kepiting panjat, kelomang, dan beberapa  jenis gastropoda.
Fauna pertama yang kita amati yaitu ikan glodok. Ikan glodok memiliki karakteristik yang unik menyerupai amphibi yaitu dapat hidup di darat dan di air hal tersebut karena adanya modifikasi insang dan kulit. Selain itu memiliki keunikan pada bagian sirip renang yang termodifikasi untuk bergerak di darat dan memiliki sirip perut untuk menempel pada permukaan vertikal. Tubuhnya bulat agak slindris yang memudahkan untuk meloncat diatas lumpur dan air.
Aktivitas ikan gelodok seperti pembuatan sarang di bawah tanah, diperkirakan dapat memengaruhi kemampuan dan konsentrasi karbon ekosistem mangrove yang memiliki potensi untuk menyerap CO2 di atmosfer yang dapat disimpan di dalam tanah. Ikan ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu bioindikator pencemaran lingkungan serta dapat bertahan hidup di lingkungan mangrove dengan kadar oksigen dan salinitas rendah.