Mohon tunggu...
Tulus Ariyanto
Tulus Ariyanto Mohon Tunggu... Guru bahasa Indonesia -

Saya adalah lulusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas IndraPrasta PGRI tahun 2012. Saya menyukai dunia pendidikan dan jurnalistik, hal ini membuat saya mengikuti program SM-3T dan ditempatkan di Kab. Kepl. Talaud, Sulawesi Utara tahun 2013-2014. Saat ini saya mengikuti PPG di UNJ mulai maret 2015 hingga februari 2016. Saya juga pernah menjadi penyiar di radio online www.djwirya.com Dan berikut ini blog milik saya tulusariyanto.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dikasi Enak Kok Nolak?

16 Mei 2013   17:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:28 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Visi dan misi membawa Jakarta menjadi lebih baik ternyata mendapat banyak halangan dari berbagai pihak bahkan dari masyarakatnya sendiri. Hal ini terjadi saat pemda DKI akan merelokasi warga sekitar waduk Pluit kebeberapa rumah susun diantaranya rusun Marunda, namun anehnya mereka menolak dan meminta ganti rugi. Pemerintah DKI Jakarta menegaskan tidak akan memberikan ganti rugi berupa uang kepada warga yang terkena gusur karena mendirikan rumah di lahan milik negara, seperti Waduk Pluit. "Kami ganti mereka pindah ke rumah susun," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama di kantornya pada Rabu, 8 Mei 2013. Ahok akan memberi mereka rumah susun yang lengkap dengan isinya, termasuk televisi dan kasur.

Hal di atas membuktikan bahwa pendekatan penggusuran pemda DKI sekarang lebih profesional, bagaimana tidak warga sekitar waduk pluit yang nyatanya ilegal masih diberi relokasi sangat layak oleh pemerintah setempat. Namun entah siapa yang menghasut warga sekitar waduk pluit menolak hal tersebut. Banyak isu diantaranya "Ada sekelompok orang yang melarang pindah ke Marunda. Jadi memang ada sekelompok orang di Jakarta yang kerjaannya dapat uang dengan main-main tanah supaya dapat kerohiman, dapat uang terus. Itu bajingan kita anggap kalau ngambilin uang rakyat terus. Kenapa? Karena ini juga uang rakyat," ungkap Ahok di Mal Ciputra, Jakarta Barat, Sabtu (11/5/2013).

Harusnya kebijakan yang bertujuan demi kebaikan masyarakat Jakarta didukung bukan ditentang. Jangan sampai saat banjir mereka menuntut kewajiban pemda DKI namun disisi lain mereka enggan melakukan kewajibannya. Bahkan statement wagub DKI sangat jelas "Saya baikin (bisa pakai tanah negara). Begitu saya jual beli, begitu dibongkar, minta hitung per meter, ini dari mana? Makanya, Jakarta jadi rusak karena itu. Kita nggak ada lagi toleransi. Kita mau sikat habis,"

Jarang sekali warga ilegal yang tinggal ditanah negara diberikan relokasi sangat pantas, jika kita tengok penggusuran di provinsi lain jangankan ganti rugi - relokasi pun tidak ada. Kesalahan pemerintahan masa lalu di Jakarta harusnya dirubah bukan dijadikan hal yang biasa. Ingat jika kita sering menganggap hal salah itu benar maka bersiaplah berbudaya salah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun