Meskipun dalam Industri 4.0 peran robot otonom, big data, internet of things (IoT) sangat penting dalam operasional alutsista, namun peran SDM kemiliteran tetap tidak tergantikan.Â
Seperti contohnya dalam pertahanan bawah air fungsi pasukan katak telah terbantu dengan wahana Submarine Support Rescue Vehicle (SSRV) yang dilengkapi dengan robot penyelam yang dikendalikan jarak jauh untuk melakukan operasi yang mustahil dilakukan oleh manusia. Namun peran SDM tetap dominan sebagai pengambil keputusan bagi sang robot.
Pada saat ini bangsa-bangsa di dunia sedang memperkuat sekolah atau pendidikan kemiliteran. Untuk mencetak personel militer beberapa negara banyak yang mengirim lulusan sekolah menengah ke akademi militer terkemuka dunia, seperti Akademi Militer West Point. Kondisi global menuntut agar TNI secepatnya membangun postur SDM masa depan yang mumpuni yang didukung sistem pembinaan jati diri TNI. Perlu transformasi sistem pendidikan TNI yang lebih modern juga perlu mengembangkan Universitas Pertahanan (Unhan).
Perkuliahan di Unhan ke depan semakin banyak diwarnai dengan teknologi virtual reality (VR). Virtual reality merupakan salah satu inovasi yang sudah dipakai dalam pelatihan militer. Keputusan ini menciptakan pelatihan menjadi lebih efektif dan murah.Â
Virtual reality mulai mendapat perhatian dunia sejak 2018 lalu, ketika pasukan militer Amerika Serikat melangsungkan kerjasama dengan Microsoft untuk mengadopsi headset Microsoft HoloLens 2. Kerjasama ini mengembangkan Integrated Visual Augmentation System (IVAS) untuk meningkatkan kemampuan angkatan darat. Sistem ini menghadirkan informasi peta, kompas hingga lokasi teman dan musuh.
Kini, angkatan darat AS meminta industri pertahanan untuk fokus merancang teknologi virtual reality guna mendukung simulasi dan pelatihan infanteri atau pasukan pejalan kaki dengan lebih efektif. Permintaan inovasi ini diharapkan dapat membantu infanteri angkatan darat dalam menjalankan misi dengan sukses. Umumnya, latihan tradisional pada angkatan darat membutuhkan lingkungan fisik yang memadai. Area misi perlu disesuaikan dengan kondisi cuaca, pencahayaan, medan, dan suhu yang relevan dengan kebutuhan pelatihan.
Dalam dunia virtual ini, angkatan darat Amerika Serikat ingin menghadirkan lingkungan khusus dengan objek nyata seperti kendaraan militer, wadah penyimpanan, meja, kursi, dan lain-lain. Diharapkan, pengembangan teknologi ini dapat memfasilitasi peserta dari lokasi fisik yang berbeda untuk berpartisipasi bersama-sama dalam pelatihan virtual reality secara real-time. Perkembangan teknologi Internet Of Things (IoT) mendorong terwujudnya Internet Of Military Things (IoMT), yang sangat mempengaruhi kinerja organisasi militer.
Salam Bela Negara !
Kiwi Aliwarga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H