Mohon tunggu...
Andrianikity
Andrianikity Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

I am a freelancer, actively writing on several novel platforms and also a longing poet.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pengkhianatan Tanpa Kata

27 Oktober 2024   13:21 Diperbarui: 27 Oktober 2024   13:24 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tahu ini rumah Yasima," jawab Syar dengan suara rendah, "Tapi kamu juga i s t r i k u. Aku berjanji setelah ini kita akan membeli a-p-a-r-t-e-m-e-n di dekat ka-ntor Yasima. Kita akan lebih mudah tinggal bersama, dan bisa merawat putri kita dengan lebih baik."

Pintu itu sedikit berayun ketika aku menyentuhnya. Dan di baliknya, pemandangan yang membuat seluruh duniaku runtuh dalam sekejap mata: Syar, suamiku, duduk di pinggir r-a-n-j-a-n-g dengan tangan masih meli-ngkar di t-u-b-u-h Zehra.

Zehra---yang selama ini ku anggap sahabat dan kepercayaanku, duduk di hadapannya dengan wajah memerah. Paka-iannya berantakan, jemarinya sibuk mengan-cingkan kemeja yang terb-uka.

Ruangan itu mendadak sepi. Syar berdiri dengan wajah yang pucat pasi, sementara Zehra memalingkan wajah, tak sanggup menatapku.

"Yasima..." Syar berbisik, suaranya gemetar.

Aku tidak berkata apa-apa. Lidahku terasa kaku. Mata berkaca-kaca, aku hanya bisa menatap mereka berdua, berusaha mencerna kenyataan yang begitu brutal. Sahabatku. Suamiku. Pengkhianatan ini begitu nyata di depan mataku.

"Yasima, biar aku jelaskan..." Suara Syar pecah dalam kebisuan itu, mencoba mendekatiku dengan tangan terulur.

"Jelaskan apa?" Aku akhirnya menemukan suaraku, namun itu keluar lebih keras dari yang kuduga. "Jelaskan bahwa kau telah menipuku? Menikahi Zehra di belakangku? Atau menjelaskan bagaimana kau bisa berc*umbu dengan sahabat yang kuanggap keluarga sendiri di rumah kita ini?"

Syar terdiam. Wajahnya kehilangan semua warna, seperti seorang pria yang baru saja tertangkap basah melakukan dosa yang tak termaafkan. Dia menundukkan kepalanya, sementara Zehra masih tidak berani menatapku.

"Yasima, aku---" Zehra mulai bicara, suaranya lirih dan gemetar.

"Diam!" suaraku memotongnya tajam. Aku menatapnya dengan penuh kebencian, meski hatiku terasa hancur berkeping-keping. "Kau adalah sahabatku, Zehra. Aku mempercayaimu. Kau tinggal di rumahku, bekerja bersamaku, kau sudah ku anggap seperti saudaraku, bahkan putrimu bermain dengan putriku. Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun