Mohon tunggu...
KiTONG -
KiTONG - Mohon Tunggu... -

mahasiswa & karyawan magang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jalan-jalan Naik Bajaj

12 Desember 2011   08:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:27 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

jakarta + akhir pekan (tiap hari) = macet.. kemarin saya dan istri hendak menuju mall ambasador, kuningan. istri sempat meminta saya untuk menggunakan motor saja, namun saya pikir-pikir walah, kalo akhir pekan ke mall di jakarta pasti banyak masalah. mulai dari jalanan yang macet terus panas atau kadang kehujanan sampai permasalahan parkir kendaraan yang susah. sambil pikir-pikir mau mall ambasador naik apa, ternyata istri punya ide untuk naik bajaj aja. awalnya mau naik angkot tapi kok ya, macet atau naik taxi pasti macet juga dan argo nya pasti mahal. akhirnya saya setuju juga naik bajaj dengan catatan baik bajaj warna biru (bajaj BBG). setelah tawar menawar dengan supir bajaj biru kedua, soalnya supir bajaj pertama langsung ngaciiir kabur waktu di jelaskan tujuan dan ongkos. akhirnya kami naik bajaj dari mataraman menuju mall ambasador. ternyata tukang bajaj yang kami tumpangi tahu banyak jalan tikus (jalan alternatif) sehingga kami tidak melalui terminal kampung melayu tetapi lewat stasiun manggarai. suasana di bajaj lumayan enak dan nyaman. karena bajaj yang kami pilih adalah bajaj keluaran terbaru bajaj warna biru yang katanya menggunakan BBG (bahan bakar gas), tetapi ketika ngobrol dengan pengemudi bajaj mengatakan bahwa bahan bakarnya menggunakan premium (BBM), lho kok gitu ya? setelah selesai urusan di mall ambasador, jam menunjukkan pukul 20.30 sudah malam dan ternyata agak susah juga mendapatkan kembali bajaj di jalan raya depan mall ambasador. setelah menunggu kira-kira 10 menit, ada juga bajaj yang lewat, tapi bajajnya bukan berwarna biru tetapi berwarna oranye. tawar menawar singkat, kami langsung berangkat. ternyata bajaj oranye sangat berbeda jauh dengan sodaranya yang berwarna biru. kesan nyaman dan enak sangat jauh saat kami menumpangi bajaj oranye, selain suara bajaj yang bising begitu juga dengan getaran dalam bajaj dan asap knalpotnya yang mencemari lingkungan (udara). saya sempat berfikir begitu juga dengan istri yang berkata, kenapa gak semua bajaj aja di biru-isasi (meminjam istilah waktu orba-kuningisasi). sebaiknya pemerintah DKI jika berniat membuat udara jakarta bersih sebaiknya bajaj oranye yang mencemari udara diganti menjadi bajaj berwarna biru. atau kalau lebih cinta lingkungan lagi, sebaiknya becak kembali di berdayakan. memang langkah pemda DKI membersihkan udara jakarta patut di hargai, dengan semakin seringnya acara CFD (car free day) juga mendukung B2W (bike to work) tetapi akan lebih sempurna jika perda DKI mengganti bajaj oranye menjadi bajaj biru.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun