Meski sebagian besar perjalanan saya berjalan mulus dan mempertemukan saya dengan orang-orang menarik dari berbagai latar belakang. Hal yang unik dari hitchhike adalah Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Disaat saya mulai menikmati hitchhike dan tidak ada rasa takut sedikitpun, saya mengalami peristiwa yang cukup traumatis dari Breda ke Utrecht.
Ya, perasaan saya mulai tidak enak. Jarak kedua kota tersebut hanya setengah jam namun pria yang memberi saya tumpangan ini berhenti cukup lama untuk ngopi dan makan sandwich. Padahal kami baru 10 menit berangkat dari pom bensin tempat kamibertemu. Mengingat bahwa dia sudah berbaik hati memberi tumpangan maka saya mencoba rileks dan berpikir positif.
Puncak kecurigaan saya muncul saat saya melihat dia memilih jalan yang kerap berlawanan dari destinasi saya. Saya tahu karena membaca setiap papan jalur yang kami lewati. Saat saya konfirmasi ia menenangkan saya, “Rileks, saya mencoba mengantarkan kamu ke pom bensin terdekat. Jangan khawatir.” Saat itu di kiri kanan jalan hanya lapangan sawah dan tidak ada manusia satupun. Saya mulai stres, keringat dingin mengalir deras, dan posisi kursi mulai saya tegakkan. Setelah putar otak, saya bertanya nama lokasi kami berada karena teman saya sudah menanyakan via sms. Saat itu saya tidak ada nomor lokal, jadi sms hanyalah akal-akalan belaka. Dia tidak menjawab. Saya tetap 'berkicau' dan minta ditunjukkan posisi Utrecth di GPS mobilnya. Saat ia jawab tidak tahu, saya dengan tegas bilang, “Oke saya merasa takut sekarang. Tolong turunkan saya di pom bensin terdekat atau dimana saja saya tidak peduli,” sambil melepaskan sabuk pengaman dan memegang erat backpack saya. Tak lama pria tersebut bicara, “Sial, kita salah jalan. Oke, oke maaf saya akan putar balik.” Saya tidak percaya 100% karena ia terus melaju. Namun saat kami kembali memasuki tol dan terlihat keramaian saya sedikit lega. Dikarenakan rasa curiga dan panik, maka saya segera permisi turun saat mobil berhenti di lampu merah yang diiyakan pria tersebut. Pfiuh... sekeluarnya dari mobil saya berterima kasih pada Tuhan kalau saya bisa keluar dari mobil dengan utuh.
Setelah turun dari mobil hujan mulai turun dan angin bertiup kencang. Jantung saya masih berdegup dan mulai kedinginan meski memakai jas hujan. Hampir sejam saya menunjukkan kertas destinasi saya, namun hasilnya nihil. Saya sudah curiga kalau saya berdiri di spot yang salah karena saya turun mendadak entah dimana. Untungnya sebuah mobil box besar berhenti dan seorang staf IT yang sangat ceria bernama Boss mengangkut saya karena diluar hujan mulai deras. Boss sebenarnya hendak ke Rotterdam, tetapi ia bersedia mengambil jalur yang lebih jauh agar saya bisa lebih dekat dengan tol menuju Amsterdam. Lagi-lagi saya tersentuh dengan kebaikan hati manusia.
-
Lakukan riset terhadap jalur yang Anda tuju dan catat nama destinasi besar-besar di kertas putih karena tidak selalu tumpangan didapat dengan cara bertanya di pom bensin. Kadangkala Anda harus berdiri di tepi jalan tol dan mengacungkan kertas tujuan Anda.
-
Jika menunggu terlalu lama tanpa hasil, bisa jadi Anda salah orientasi lokasi atau rencana jalan. Karena itu, siapkan selalu peta. Bila ingin hemat lakukan save offline peta dari google map atau print screen.
-
Keberanian untuk menaruh kepercayaan, mengambil keputusan dengan cepat dan intuisi adalah penting untuk dimiliki para hitchhiker. Begitu juga dengan rasa penasaran dan keterbukaan sehingga perjalanan Anda bisa dipenuhi dengan percakapan menarik yang tak diduga-duga.
-
Beberapa website saya rekomendasikan untuk dibaca sebelum melakukan hitchhike, seperti www.hitchwiki.org atau http://www.franknature.nl/hitchhike/hitchhikeen.htm. Di sana Anda bisa mendapatkan tips keamanan, tips perjalanan dan informasi spot-spot hitchhike serta peta.
Bagi saya hitchhike lebih dari sekedar perjalanan gratis karena berpotensi meningkatkan adrenaline dan mempertemukan saya dengan orang-orang baru yang tidak bisa diprediksi. Saya menjalin percakapan yang menyenangkan dan menaiki berbagai jenis mobil unik dan mewah untuk pertama kali. Pengalaman ini juga semakin menguatkan saya bahwa dalam setiap proses berkelana yang terpenting bukanlah tujuan, melainkan cerita dan keberanian mengambil tantangan di setiap menit perjalanan.
[caption id="attachment_277970" align="aligncenter" width="648" caption="Akhirnya tiba juga di Innsbruck, Austria"]