Mohon tunggu...
Putri Kitnas Inesia
Putri Kitnas Inesia Mohon Tunggu... lainnya -

A humanitarian worker who travel.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hitchhike di Eropa: Gratis dan Menantang Adrenaline!

10 September 2013   21:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibat pengalaman pertama yang begitu menggoda, saya jadi nagih dengan hitchhike.

[caption id="attachment_277902" align="aligncenter" width="512" caption="Edwin (kiri bawah) dan mereka-mereka yang pernah memberi saya tumpangan"]

1378831627217008949
1378831627217008949
[/caption]

Penolong Inspiratif dan Berhati Mulia

Pengalaman pertama saya menumpang mobil bisa dibilang cukup mulus. Menumpang tiga mobil dan dalam 3,5 jam sudah sampai di Gent. Di Breda, kota selanjutnya setelah Utrecht, saya bertemu dengan Caracol hitchhiker dari Spanyol yang sudah dua tahun berkelana mengelilingi Eropa dan Mesir. Kami sepakat mencari tumpangan bareng ke arah Gent. Sembari menunggu tumpangan Ia bercerita ditipu saat di Mesir. Sepedanya dicuri, uang dirampok dan diturunkan di tempat asing saat hitchhike. Untuk itu, ia mencoba bertahan hidup dengan juggling (sulap bola) dan kerja di bidang disain. Kisahnya selain inspiratif juga membuat saya sedikit gentar untuk solo hitchhike karena bagi dia cukup langka bertemu hitchhiker perempuan yang melakukan perjalanan sendiri.

Dalam perjalanan saya ke Belgia, Jerman dan Austria peringatan untuk tidak melakukan hitchhike sendiri karena saya perempuan sering saya dengar. Alasannya banyak orang-orang “sakit” yang berkeliaran di jalan sekarang ini dan imbauan justru datang dari kaum pria. Hasan, seorang wakil presiden direktur dari perusahaan multi nasional yang memberi saya tumpangan ke Breda berkata, “Saya punya dua anak perempuan dan saya mengerti bagaimana khawatirnya. Saya sendiri tidak akan pernah mengijinkan mereka melakukan ini.” Meski tidak setuju perempuan solo hitchhike, sebagai antisipasi beliau mengingatkan saya untuk selalu mengirimkan nomor plat mobil yang saya tumpangi ke nomor ponsel teman saya.

Di lain waktu, saya pernah berdiri 1,5 jam dengan membawa semua barang, yaitu satu koper besar dan satu carrier untuk hijrah ke Austria melewati Jerman. Hingga akhirnya sebuah mobil bus besar berhenti dan menyuruh saya naik. Saya kira si supir hendak ke destinasi yang sama namun ternyata tidak. “Saya dalam perjalanan ke rumah di dekat sini. Namun saya penasaran tujuan kamu maka saya putar balik. Saat saya tahu kamu mau ke Amersfoort, saya pikir perempuan ini gila. Meski kamu berdiri seharian di situ tidak akan ada yang mengangkut karena kamu memilih spot yang salah,” ucapnya lugas. Saya hanya ternganga namun dalam hati bersyukur. Ia kemudian mengantarkan saya cukup jauh ke spot yang tepat. Saat saya tanya mengapa ia mau repot-repot menolong jawabannya sungguh mengharukan, “I feel touched.” (Hati saya tergerak). Ah, saya tidak sanggup berkata-kata..

Begitulah, dari Belanda hingga Austria saya kerap dipertemukan dengan manusia-manusia yang menolong dengan total dan tulus. Saat mencari tumpangan ke Munster (Jerman) sebuah mobil mewah berjarak 200 meter dari tempat saya berdiri mundur dan menjemput saya. Dari dalam mobil sepasang lansia yang tidak bisa berbahasa Inggris bertanya, “Munster?” “Yes,” jawab saya. Sang kakek yang berada di kemudi lalu membantu mengangkat koper saya yang super berat ke dalam bagasi dan mengantarkan saya berputar-putar mencari alamat yang dituju. “Sungguh luar biasa,” pikir saya. Kendala bahasa tidak menghalangi kakek dan nenek ini menolong saya sampai di depan pintu rumah. Saya memang pernah les tiga bulan bahasa Jerman, namun itupun hampir tidak lulus karena nilai saya hanya lebih sedikit dari batas merah. Alhasil setelah memperkenalkan nama dan asal dalam bahasa Jerman, selebihnya kami menggunakan bahasa isyarat.

Masih ada lagi, mobil yang saya tumpangi dari Munich juga bersedia mengantarkan saya hingga ke depan pintu asrama. Pria muda yang rupanya mirip Legolas di Lord of The Ring ini bersedia mengantar karena hari sudah malam dan bus hampir tidak ada. Padahal rumahnya berlokasi sekitar 30 menit dari asrama.

Kisah lain yang tak terduga adalah saat saya hitchhike antarkota dengan dua orang teman di Austria. Dari hasil perbincangan si pemilik mobil yang empati dengan teman saya yang sedang mencari kerja menelepon temannya untuk menanyakan lowongan kerja dan memberinya inspirasi untuk buka usaha. Begitulah, tidak jarang saya bertemu dengan orang-orang berhati mulia, melakukan percakapan yang inspiratif atau membuahkan pertemanan.

[caption id="attachment_277950" align="aligncenter" width="512" caption="Dengan Legolas (ki-ats), perempuan pertama yang mengangkut saya di jalan (ki-bwh), Caracol teman hitchhike dari Spanyol (ka-bwh)"]

13788350861120123436
13788350861120123436
[/caption]

Pengalaman Buruk Meningkatkan Kewaspadaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun