"Karena sebagian besar korban adalah orang asli Papua maka layaklah disematkan anggapan bahwa KKB adalah musuh rakyat Papua," pungkasnya.
Sebagaimana ramai diberitakan di media massa arus utama, Sabtu (16/7) lalu kawanan teroris KKB Papua menyerang dan membantai warga sipil Papua di Kampung Nogolait, Kabupaten Nduga, laiknya hewan. Mereka datang ke Nogolait dan memerintahkan sejumlah warga untuk keluar dari kios-kios dagangan mereka. Lima laki-laki---umumnya pendatang--yang keluar dari kios kemudian dipisahkan dari dua perempuan lain yang menjaga kios-kios barang kebutuhan pokok itu. Kelima laki-laki itu tanpa ditanya-tanya langsung diberondong tembakan senjata api otomatis hingga mati.
Pendeta Eliaser Baye---beberapa media menuliskan Namanya sebagai Eliaser Banner, yang mengabadikan kekejian itu lewat telepon selular, kemudian diseret dari persembunyiannya. Tak memandang Eliaser sebagai tokoh agama, kawanan itu langsung menembak mati sang pendeta di tempat. Saat kawanan itu meneruskan perjalanan mereka, KKB juga membunuh Ustadz Daeng Marannu, seorang mubaligh atau penceramah asal Sulawesi Selatan (Sulsel).
Nafsu kawanan haus darah itu belum reda. Di jalan, mereka menghentikan sebuah truk, dan langsung memberondongkan senjata otomatis membunuh empat orang yang berada di kabin truk.
"Peristiwa itu membawa 12 korban, 10 di antaranya meninggal dunia, termasuk seorang pendeta dan seorang ulama, dengan dua lainnya mengalami luka-luka serius," kata AKBP Arif Irawan dari Tim Gabungan TNI-Polri.
Di Jakarta, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko langsung mengecam keras aksi brutal tersebut. "Secara pribadi saya menyampaikan duka mendalam atas peristiwa ini," kata KSP Moeldoko di Gedung Bina Graha Jakarta, Selasa (19/7) lalu.
Ia berjanji, untuk memastikan pemerintah bergerak cepat untuk menangkap dan memproses hukum pelaku kejahatan kemanusiaan tersebut.
"Negara tidak pernah mentolerir siapa pun yang berupaya menyebar teror, mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat, apalagi sampai menimbulkan korban meninggal dunia," kata Moeldoko, tegas.
Moeldoko juga meminta Komnas HAM menindaklanjuti dan menyelidiki kasus serangan KKB terhadap warga sipil itu.
"Kekerasan yang dilakukan KKB sudah menimbulkan korban jiwa meninggal dunia. Dan tidak ada seorangpun yang boleh menghilangkan hak hidup orang. Untuk itu, Komnas HAM harus turun untuk memastikan apakah ada pelanggaran HAM dalam peristiwa itu," tegas Moeldoko.
Kogeya, beberapa media beberapa waktu lalu menuliskannya sebagai Kogoya, mengakui aksi tersebut dilakukan kawanannya. Selain melansir langsung pengakuan ke beberapa media massa yang dilakukan Egianus, pengakuan bahwa KKB bertanggung jawab dalam tindakan antikemanusiaan dan brutal itu juga dinyatakan  Sebby Sambom, juru bicara OPM.