Mohon tunggu...
kiti kirana
kiti kirana Mohon Tunggu... Diplomat - Mahasiswa S2 di Tsinghua University

Belajar bersyukur dan melihat sisi baik dari segala hal

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dari Beijing Lewat Jakarta Menuju Bali demi Menjauhi Virus Corona

8 Maret 2020   09:52 Diperbarui: 8 Maret 2020   09:51 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah riuhnya ancaman virus corona di seluruh dunia, di Indonesia dan di kota saya, Jakarta, dua hari lalu saya mendapat undangan Panitia Bali Spirit Festival 2020.  Undangan itu bak oase di padang gurun bagi saya,  karena sejak ancaman virus corona Desember 2019 saya sedang kuliah S-2 di RRT, negara pertama yang diserbu virus corona. 

Ancaman virus corona memang mengerikan, tetapi saya percaya, upaya optimum adalah menjaga imunitas tubuh kita dalam kondisi terbaik, prima. Terus terang saya lumayan serius menjaga kesehatan, rajin olahraga, doyan makan makan (ehm ehm) dan malah tidak pernah ke pasar tradisional selama tinggal di Beijing.

Ya, sejauh ini saya baik-baik saya. Sehari tiga sampai lima kali saya ukur suhu tubuh dengan termomete dan minum suplemen  yang memang sengaja saya bawa dari Indonesia. Suplemen buatan Amerika  sudah lima tahun ini dikonsumsi seluruh keluarga termasuk saya.  Jadi sekaligus menjawab pertanyaan banyak orang,  bahwa saya tidak mengkonsumsi obat kimia atau ramuan dari China.

Sempat Menolak diminta pulang ke Indonesia

Maka saat kota Wuhan, 1100 kilometer dari Beijing dinyatakan tertutup karena corona, saya di Beijing tenang-tenang saja.

Sementara orangtua saya di Jakarta dan Kementerian Kominfo, lembaga pemberi beasiswa saya untuk Master Universitas Tsinghua  meminta saya pulang. Sekitar 10 hari sejak Wuhan tertutup,  saya masih kekeuh bertahan di apartmen  nyaman di area Haidian, Beijing.  

Bahkan saat itu, saya sempat diwawancara live oleh studio televisi berita Indonesia. Saat mbak Yohana Margaretha, presenter TV bertanya langsung, saya melaporkan kondisi saya di  Beijing baik-baik saja. Bahkan saya sempat membuat beberapa vlog di youtube untuk membuktikan ke semua teman, keluarga,  yang bertanya setiap hari kondisi saya di Beijing. Jadi terus terang, saat itu saya tidak ada rencana pulang, karena satu minggu ke depan sudah mulai perkuliahan. 

Sebagai tambahan info,  puluhan teman kuliah dari Indonesia semua sudah pulang kampung sejak  Desember 2019.  Mereka pulang bukan karena virus corona, tetapi memang libur kuliah dan libur Tahun Baru Imlek Januari 2020. Rencananya Februari 2020, semua mahasiswa Tsinghua sudah siap siap kembali ke Beijing. Namun siapa yang menyangka justru itu persis pengumuman kota Wuhan RRT ditutup.  

Saya sendiri akhirnya pulang, pada detik-detik terakhir Pemerintah Indonesia mengumumkan penutupan bandara dari semua pesawat RRC. Saya pulang karena lembaga pemberi beasiswa saya Kementerian Kominfo meminta saya pulang.  Universitas Tsinghua  fix menyatakan, semua perkuliahan dilaksanakan dengan online, jadi tidak ada kuliah offline, dan seluruh mahasiswa tidak perlu bertahan di Beijing. 

Selama di Jakarta Wajib Lapor Dokter

Sesampai di rumah Jakarta, atas inisiatif sendiri,  Mama langsung mengajak saya ke dokter dan laboratorium untuk periksa darah. Puji Tuhan saya sehat, walaupun dokternya langsung mencatat nomor handphone saya dan Mama.  

Bu Dokter bolak balik menyatakan, bahwa Prosedur dari Kementerian Kesehatan,  setiap orang yang  baru pulang dari Beijing, wajib melapor kondisi tubuh selama 14 hari.  Maka jika suhu tubuh saya sampai 37 derajat Celcius dan terkena flu, maka wajib lapor.  

Namun Puji Tuhan, saya sudah sebulan di Jakarta, kondisi tubuh saya sehat-sehat saja. Malah Mama bercanda menyatakan, saya tambah gemuk karena puas menikmati makanan enak khas Indonesia yang tidak bisa saya dapatkan di Beijing.  Masakan Padang, Soto Betawi, Sate Padang, Bubur Ayam, Bakmi Ayam, Empek-empek dll, yang super duper saya rindukan, haha. 

Bali Spirit Festival 2020 yang Tidak Ditunda

Dua hari lalu, Mama mengajak saya ke acara jumpa pers  Bali Spirit Festival (BSF) di Jakarta.  

BSF sendiri  akan berlangsung di Ubud Bali 29 Maret - 5 April 2020.  Lha, BSF tidak ditunda? Padahal semua konser musik di Jakarta dan di luar negeri sebutlah Singapura dan Korea ditunda. Bahkan laga sepakbola Asia AFC juga ditunda sampai Oktober. Nah,  Festival BSFyang akan dihadiri ribuan peminat yoga yang mayoritas orang asing, tidak ditunda? 

Karena itu, saya bersemangat datang ke jumpa pers yang berlangsung di GoWork FX Sudirman Jakarta.  Menurut Mama yang tahun lalu datang ke event BSF, banyak sekali manfaatnya jika saya bisa meluangkan waktu untuk mengikuti BSF, terutama dalam masa kita semua stres dengan ancaman virus corona. 

Acara yang  dipandu Direktur Media Komunikasi BSF, Dra Noviana Kusumawardhani berlangsung meriah. Kursi yang disediakan penuh sesak  oleh puluhan wartawan dan blogger  kesehatan dan pariwisata.  Ternyata, selain unsur yoga dan  kesehatan, BSF melaporkan selama 5 tahun terakhir, sudah menyumbang sekitar US$ 10.000.000 (sepuluh juta dolar) untuk pariwisata Bali dan Ubud khususnya. Wow. 

Saat jumpa pers, hadir Presenter acara BSF 2020 yakni mas Eka Kailash yang Sarjana Komunikasi UGM dan Master Komunikasi dari Amerika sebagai penerima beasiswa fullbright. Eka yang sudah 10 tahun  memilih jalan hidup menjadi presenter yoga sempat mengajar hadirin untuk yoga yin and yan. 

Buat saya yang belum pernah beryoga, teknik yang diajarkan mudah dan bisa langsung dipraktekkan. Menurut Mas Eka, yoga tidak harus ribet dan memelintir tubuh, tetapi lebih penting belajar melatih menarik nafas dan membuang nafas sehingga dan membuat kita lebih santai.  It works for me,  terus terang, saya merasa santai dan berkurang stres, rasa cemas, rasa panik  sebulan ini,  terutama pada seminggu ini sejak virus Covid-19 sampai Jakarta.

Lalu, tampil penyanyi yang "naik daun" bernama Kaimata yang juga akan tampil nanti di BSF.  Ia  menyanyikan lagu ciptaannya sambil bergitar listrik. 

Namun yang paling menarik dari jumpa pers tadi adalah  buat saya adalah ucapan Direktur Media Komunikasi BSF, yang akrab dipanggil Bude Novi. Sarjana Komunikasi UGM itu mengajak kita menikmati BSF, yang menghadirkan puluhan guru yoga berstandar internasional, disertai penampilan seni berbagai artis luar dan dalam negeri berkaliber internasional,  dan menikmati nuansa kesehatan jasmani dan rohani, di tengah ancaman virus corona. 

Jadi, demi menjauhi virus corona, sejak Februari 2020, saya menjauh dari Beijing, lewat  Jakarta dan akan menuju Bali. 

Semoga kita semua menjauhi dan dijauhi virus Convid-19, semua pasien positif Corona bisa sembuh. 

Semoga negara Indonesia tercinta dan RRC, negara kedua saya, bisa benar-benar segera bebas Corona. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun