Padahal setahun yang lalu, Prilly mengatakan hal sebaliknya. Seperti yang ditulis di tabloidbintang.com begini ;
Walau punya uang untuk beli tas-tas bermerek, Ily lebih memilih tas-tas yang dianggapnya nyaman. "Kebanyakan temanku kalau beli tas berharga belasan sampai puluhan juta rupiah, kayak Chanel, Hermès, dan Celine," katanya.Â
"Aku saja yang enggak pernah beli tas-tas bermerek itu. Aku enggak punya tas bermerek. Sayang saja menghabiskan uang aku untuk membeli sebuah tas. Mending dipakai buat hal-hal berguna," tegas Prilly.
Oya sebelum lupa, Agustus tahun 2015 lalu, dengan gagah berani Prilly menyeret ke polisi, para haters yang katanya membuat editan foto sehingga terlihat seperti bugil. Prilly juga melaporkan 2 orang haters yang telah menuduhnya sudah tak perawan lagi di sosial media.Â
Nah setelah kejadian ini, berani kah Prilly gantian menanggung risiko. Diseret ke Polisi bahkan di Penjara karena sudah mengeluarkan hate speech bahkan makian kepada keluarga dan fans dari Aliando Syarief? Â Kita tunggu nyali Prilly.
Sindrom Artis Karbitan?
Hm, terlepas dari semuanya, Â ucapan itu adalah hak Prilly. Â Prilly adalah gadis muda yang beruntung lahir dari keluarga kaya raya, mendapat peran yang langsung melejitkan namanya, mendapat penghargaan sana-sini karena kemampuan peran. Namun karakter asli, yang bermulut kasar dan bau, Â dan selama ini membohongi publik alias munafik soal pacar, soal tas, dan mungkin soal-soal lainnya. Â
Selain kasus Prilly, publik pernah dikejutkan dengan Pengakuan Marshanda. Artis cantik yang berasal dari keluarga (ibu) yang kaya raya, lalu melejit namanya sebagai bintang sinetron dengan ribuan episode yang pastinya melimpahi kekayaan. Lalu Marshanda berhijab, menikah, punya anak, bercerai, melepas hijab, mengaku sakit bipolar. Dan terakhir, Marshanda menjemput ayah kandungnya yang terjaring razia gelandangan Pemda DKI Jakarta.
Buat para orangtua Indonesia, yang ternyata banyak bemimpi anaknya yang masih unyu-unyu masih remaja menjadi artis, kasus dua anak muda ini bisa jadi cermin buat kita semua.
It is nice tobe famous and  tobe important person, but more important tobe nice.
Â