Mohon tunggu...
kiti kirana
kiti kirana Mohon Tunggu... Diplomat - Mahasiswa S2 di Tsinghua University

Belajar bersyukur dan melihat sisi baik dari segala hal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tragedi MH 17 dan Respon Calon Pilot STPI Curug Juli 2014

19 Juli 2014   07:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:55 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sedetik kemudian terdengar suara riuh dari para peserta, "siaaaaaaaaaaaapppp !" (tapi kali ini terasa sekali tidak ada keyakinan dalam suara mereka)

Ya itulah kenyataan pahit yang terhidang aktual di depan anak-anak muda yang sedang menggapai mimpi menjadi penerbang lewat jalur STPI Curug.  Mereka harus siap menghadapi risiko sebagai pilot yang bertanggungjawab bagi dirinya sendiri, apalagi bagi seluruh penumpang pesawatnya.

Pesawat Malaysia Air MH 17  yang tepat 17 tahun beroperasi ditembak hancur 17 Juli kemarin, bukan pesawat komersil pertama yang jadi sasaran tempuk. Korean Air, Iran Air, Siberian Arilines,  merupakan tiga pesawat yang mengalami nasib naas sejenis MH 17 beberapa tahun lalu.

Dan rasanya tragedi jatuhnya pesawat tidak mungkin dihentikan selama perang terus berlangsung di berbagai belahan bumi. Selama kepintaran manusia yang menghasilkan kecanggihan teknologi malah menjadi serangan maut bagi manusia lainnya, yang bisa disebut tidak bersalah, tidak terlibat konflik.

Walaupun klise, tetapi sebagai satu diantara ratusan calon pilot STPI Curug 2014/2015, saya berdoa agar tidak ada lagi pesawat jatuh.  Entah jatuh karena kerusakan pesawat, jatuh karena kesalahan manusia, apalagi jatuh karena ditembak para orang gila yang  doyan perang dan jiwanya haus membunuh.

Tragedi pesawat jatuh memang menyedihkan, mengerikan, dan tidak mungkin dilupakan. Namun tekad menjadi pilot masih terpatri kencang di dada saya. Walau banyak tantangan,


  • perempuan
  • usia 15 tahu ( karena memilih jalur homeschooling, saya lulus Ujian Nasional SLTA usia 14 tahun)
  • tinggi badan normal 155 cm untuk anak 15 tahun (sementara persyaratan pilot perempuan 165 cm)
  • uang kuliah yang ratusan juta rupiah sampai selesai (2 tahun)
  • proses seleksi yang masih 2 tahap lagi, Kesehatan khusus penerbang dan tes bakat terbang
  • Jika lulus, dua tahun seleksi pasti proses panjang yang menguras fisik, mental, dan uang


Semuanya saya lakoni untuk menggapai mimpi menjadi pilot. Dimana ada kemauan di situ ada jalan.

Wish me luck all Kompasianer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun