Dukungan masyarakat Indonesia terhadap perjuangan Palestina dapat dikaitkan dengan identitas politik dan sejarah bangsa Indonesia yang memiliki relasi kuat dengan perjuangan melawan kolonialisme. Prinsip itu bahkan termaktub dalam UUD 1945 sebagai sumber supremasi hukum di NKRI.
Di sisi lain, kendati sama-sama muslim, masyarakat Indonesia tak merasa memiliki keterkaitan dan kesamaan nasib dengan pengungsi Rohingya. Pemahaman itu turut memupuk sikap antipati netizen Tanah Air terhadap Manusia Perahu. Padahal, kondisi mereka sejatinya tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh rakyat Palestina.
2. Pemberitaan Negatif dan Hoaks
Belakangan ini, berbagai kanal media sosial banyak dibanjiri oleh pemberitaan yang tidak akurat, sensasional, atau bersifat provokatif mengenai pengungsi Rohingya di Indonesia.Â
Sebuah video demonstrasi yang diinisiasi oleh komunitas etnis Rohingya di Malaysia sempat beredar, yang diklaim bahwa aksi itu dilakukan untuk menuntut tanah kepada pemerintah Negeri Jiran. Usai dikonfirmasi, ternyata aksi yang mereka lakukan bukan untuk meminta tanah, melainkan aksi protes terhadap kekejaman pemerintah Myanmar.
Sejurus kemudian. Sebuah akun palsu yang mengatasnamakan badan milik PBB yang mengurusi masalah pengungsi (UNHCR) menyebut bahwa para pengungsi Rohingya menuntut untuk diberikan tempat tinggal, makanan, dan KTP Indonesia.
Sontak, netizen pun bereaksi keras atas klaim tidak berdasar tersebut. Hoaks itu menyebar bak virus yang kian memperburuk sentimen negatif dan kebencian masyarakat terhadap kehadiran pengungsi Rohingya di Indonesia. Hal itu juga menciptakan stigma negatif yang akhirnya akan mempersulit proses integrasi mereka ke dalam masyarakat lokal.
3. Konflik Sosial
Oleh netizen, eksodus pengungsi Rohingya ini bahkan dikait-kaitkan dengan penjajahan yang dilakukan Israel di Palestina. Mereka memiliki ketakutan yang berlebihan bahwa suatu saat komunitas etnis Rohingya bakal merampas mata pencaharian serta tempat tinggal mereka.
Kekhawatiran absurd ini bisa dipahami dari perspektif aspek sosiologis. Menurut Georg Simmel, konflik sosial merupakan hasil dari interaksi antaraindividu atau kelompok yang memiliki ketidaksepakatan atau perbedaan kepentingan, nilai, atau tujuan.
Konflik sosial juga mungkin terjadi karena adanya persaingan atas sumber daya yang terbatas di antara kelompok yang berbeda.